Cari Blog Ini

Jumat, 30 Desember 2011

Tidur Dapat Kurangi Depresi


Jangan biasakan begadang, kalau tidak ada aktivitas penting dan genting….anda biosa jadi mudah pening. Terutama bagi  remaja yang biasa tidur lewat tengah malam akan lebih mudah terkena depresi, dibanding yang tidur lebih awal

Penelitian terbaru yang dilakukan di New York menunjukkan bahwa tidur lebih awal akan melindungi para remaja dari depresi dan pemikiran ingin bunuh diri.
Dari 15.500 remaja berusia 12 sampai 18 tahun yang dijadikan bahan studi, mereka yang tidur sebelum tengah malam, memiliki 24 % kecenderungan untuk mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 22.00.
Dan mereka yang tidur kurang dari lima jam dalam semalam memiliki 71 persen kemungkinan depresi, dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam, demikian laporan Jurnal Tidur (Sleep).
Di Inggris diperkirakan sekitar 80 ribu anak-anak dan remaja mengalami depresi.
Para peneliti dari Pusat Medis Universitas Kolumbia di New York mengumpulkan daya dari 15.500 remaja di tahun 1990-an.
Resiko depresi
Di antara mereka yang memiliki resiko depresi tinggi, mereka yang diperintahkan tidur oleh orang tua mereka atau yang tidur setelah tengah malam, 20% lebih tinggi kemungkinan memikirkan tindakan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 2200.
Mereka yang tidur kurang dari lima jam memiliki 48% lebih tinggi untuk bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam.
Para remaja yang melaporkan mereka “cukup tidur” 65%  lebih kecil kemungkinan mengalami depresi.
Depresi dan pemikiran ingin bunuh diri lebih banyak terjadi pada anak-anak perempuan, remaja yang tua, atau mereka yang memiliki persepsi diri yang rendah.
Kebanyakan orang tua dalam studi itu menetapkan batas waktu tidur sekitar jam 22.00 atau lebih awal.
Secara rata-rata, para remaja ini tidur tujuh jam 53 menit setiap malam –kurang dari sembilan jam dari rekomendasi untuk anak-anak seumur mereka.

Keseringan Nonton TV Bisa Picu Stres

Anda ingin hidup jauh dari stress? hindarilah  terlalu sering nongkrong di depan televisi berlama-lama. Demikian hasil riset tim peneliti AS
Ingin menghindari depresi terutama di kalangan muda? Jangan terlampau sering nongkrong di depan televisi alias nonton program-program TV. Riset di AS menunjukkan anak remaja atau ABG yang terlampau sering nonton tayangan TV sampai berjam-jam, kemungkinan menghadapi risiko lebih tinggi kena depresi seperti orang dewasa.
Sejumlah remaja yang dilibatkan dalam riset ini menghadapi keganjilan lebih banyak seperti depresi pada tujuh tahun kemudian. Risiko ini meningkat setiap jam menonton televisi dalam satu hari. Lebih dari 4.000 remaja berpartisipasi dalam riset tersebut. Bukti sama didapatkan untuk media elektronik lainnya.
“Kami tak dapat memastikan ini merupakan unsur penyebab-dan-pengaruh,” jelas penulis riset, dr. Brian A. Primack, seorang asisten guru besar pengobatan dan dokter anak di University of Pittsburgh School of Medicine. Alasan bahwa riset ini kemungkinan karena unsur penyebab-dan-pengaruh, adalah tayangan televisi yang menjadi faktor utama. Ini tidak mencakup orang-orang yang memiliki gejala depresi ketika riset dimulai.
Lebih dari 4.100 responden diberikan pertanyaan pada 1995 soal jumlah jam yang mereka habiskan untuk menonton tayangan televisi, kaset video, bermain game komputer atau mendengarkan radio. Mereka mengaku rata-rata setiap hari kurang lebih 5 sampai 7 jam termasuk 2 atau 3 jam nonton tayangan televisi.
Tujuh tahun kemudian, responden yang sudah berusia 22 tahun, 308 atau 7,4% anak muda mengalami gejala yang setingkat dengan depresi. Insiden dari gejala ini secara langsung berkaitan dengan jumlah jam nonton televisi dan media elektronik lainnya yang dilaporkan pada awal riset.
Kendati begitu, “Ketika kami mampu mengontrol banyak hal seperti status sosial ekonomi dan pendidikan, dalam analisa akhir, kami tak yakin ini akibat unsur penyebab-dan-efek,” jelas Primack.
Bisa berspekulasi soal alasan menonton televisi yang bisa memicu depresi, katanya. “Satu teori yakni Apakah Anda melihat banyak kejadian yang mengundang depresi pada tayangan-tayangan televisi dan kemungkinan adanya proses menginternalisasi kejadian-kejadian tersebut. Televisi banyak menayangkan berita-berita buruk dan tayangan berulangkali bisa memicu proses tersebut, tambah Primack.
Tayangan komersil TV juga bisa menimbulkan pengaruh. “Anda melihat kurang lebih 20.000 iklan televisi dalam satu tahun, dan proporsi besar dari tayangan itu mendatangkan fakta bahwa kehidupan tidaklah sempurna,” lebih lanjut periset ini katakan.
Tayangan televisi mungkin juga menggantikan aktivitas sosial, intelektual dan atletik yang bisa melindungi diri dari depresi. Menonton televisi pada tengah malam bisa menggangu jam tidur yang normal yang penting bagi pengembangan intelektual dan emosi.

Warna Kepribadian


WARNA apa yang dominan Anda kenakan sehari-hari? Hmm… nice! Warna tak hanya sekedar menunjukkan selera atau favorit saja lho, tapi juga menunjukkan kepribadian Anda.
Penelitian ini telah dilakukan bertahun-tahun lamanya. Ditemukan bahwa warna favorit, atau warna yang paling mendominasi isi lemari mengungkapkan kepribadian seseorang. So, let’s have fun today. Intip warna favorit yang menceritakan soal Anda yuk!
Hitam
Anda yang menyukai warna hitam cenderung punya pemikiran yang konservatif. Anda sangat tahu apa kelebihan diri Anda. Warna hitam juga cenderung membuat Anda ingin tampil seksi dan percaya diri.
Pink
Warna ini cenderung dikenal sebagai warna feminin. Namun di balik girly image-nya, sebenarnya warna ini menyembunyikan kepribadian Anda yang misterius. Jadi, tak benar jika seseorang yang menyukai warna pink adalah sosok yang sangat girly, bisa jadi ia pandai memainkan gayanya.
Merah
Anda cerdas, berani dan vokal! Anda sangat suka berada di tengah banyak orang dan menjadi pusat perhatian. Anda suka berpetualang dan tak suka ditentang.
Biru
Seperti kesan yang didapat dari kejernihan warnanya, Anda yang menyukai warna biru adalah sosok penyayang dan berjiwa bebas. Anda percaya bahwa kecantikan dari dalam dirilah yang membuat Anda cantik seutuhnya.
Orange
Warna ini menunjukkan Anda adalah orang yang tulus, menikmati tantangan dan hal-hal baru. Anda juga punya ambisi besar serta senang menjadi pusat perhatian.
Kuning
Jika Anda suka warna kuning, maka Anda adalah orang yang optimis. Suka akan tantangan dan kegiatan di luar ruangan, terutama olahraga. Anda adalah orang yang fleksibel dan punya intuisi yang kuat.
Putih
Warna putih ini dikatakan sebagai warna netral, dan demikian pula dengan Anda yang memfavoritkan warna satu ini. Anda cenderung pecinta damai dan tak suka memihak. Anda juga termasuk orang yang tenang dan mudah berteman dengan siapa saja.
Hijau
Jika Anda pecinta hijau, maka tak salah lagi, Anda adalah sosok pecinta lingkungan. Sekalipun mungkin Anda bukan orang yang terjun di dalam organisasi pecinta lingkungan, namun Anda berusaha menjaga lingkungan sekitar Anda. Anda juga sosok yang keras kepala, namun sekaligus teman yang menyenangkan.
Coba ingat lagi, warna apa sih sebenarnya yang dominan di hidup Anda?

Wanita lebih panjang Umur


Dibandingkan dengan wanita, usia harapan hidup pria memang lebih pendek. Bahkan menurut riset para peneliti dari Uni Eropa, sebenarnya hanya sedikit saja pria yang usianya mencapai 65 tahun. Kondisi ini menurut para ahli disebabkan karena kebiasaan dan gaya hidup pria yang buruk seperti merokok, dan konsumsi alkohol.
Studi ini menyatakan bahwa setiap tahunnya sebanyak 630.000 pria di Uni Eropa meninggal karena kebiasaan hidup yang tidak sehat. Sementara itu, angka kematian pada wanita hanya separuhnya, sekitar 300.000 jiwa setiap tahunnya.
Dr. Richard de Visser, dari Universitas Sussex mengatakan, gaya hidup bukan satu-satunya pencetus kematian prematur. Menurutnya, mereka yang secara ekonomi berpenghasilan rendah juga termasuk dalam kelompok yang berisiko karena umumnya kurang mendapat asupan makan yang sehat, kurang berolahraga, lebih mungkin untuk merokok dan menggunakan obat-obat terlarang.
Untuk mengatasi kematian prematur di kalangan pria, Visser menuturkan, harus ada kesadaran yang tumbuh dari diri sendiri dalam merubah gaya hidup yang bisa merusak kesehatan.

Telinga Kanan Lebih Mudah Menerima Ucapan Maaf

Pernahkah Anda kesulitan meminta maaf pada seseorang? Mungkin ada yang salah dengan cara Anda meminta maaf. Menurut peneliti, agar kata maaf lebih diterima oleh seseorang, ucapkanlah ke telinga kanannya.
Peneliti dari the University of Valencia, seperti dilansir Telegraph, Kamis (4/2/2010) mengatakan bahwa ketika sedang marah, telinga kanan akan lebih responsif terhadap suara atau bunyi-bunyian daripada telinga kiri.
Dengan mengatakan maaf ke telinga kanan maka kemungkinan pesan tersebut masuk ke otak akan lebih besar dan membuat kata maaf lebih mudah diterima. Peneliti menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan tes pendengaran terhadap 30 partisipan pria yang sedang marah.
Untuk memancing emosi dan kemarahan partisipan, peneliti memberikan bacaan yang menimbulkan emosi dan permusuhan. Peneliti kemudian memonitor detak jantung, tekanan darah dan level hormon testosteron partisipan. Sebuah bunyi atau suara kemudian diperdengarkan pada telinga kanan dan kiri partisipan.
Berdasarkan hasil studi tersebut, ketika sedang marah ternyata partisipan lebih bisa menerima pesan atau bunyi-bunyian dari telinga kanan daripada telinga kiri. Hasil inilah yang kemudian membuat peneliti menyarankan pentingnya meminta maaf lewat telinga kanan.
Bunyi kata maaf yang dimasukkan ke telinga kanan akan memungkinkan pesan ‘maaf’ itu dicerna dan diproses lebih baik dalam otak, terutama otak kiri.
Seperti diketahui, otak kiri berfungsi mengontrol semua aktivitas dan merespons stimulasi anggota tubuh bagian kanan sementara otak kanan justru sebaliknya. Otak kiri juga berfungsi melakukan proses yang berhubungan dengan logika atau pemikiran sehingga bisa menerima pesan dengan lebih rasional.
Penemuan yang dipublikasikan dalam Journal Hormones and Behaviour ini menghasilkan teori baru, yaitu dengan mengarahkan pembicaraan ke telinga kanan, komunikasi akan berjalan lebih baik karena suara yang datang dari telinga kanan akan lebih didengar oleh otak daripada pesan dari telinga kiri.

Bahaya Memendam Emosi

Memendam emosi atau perasaan tidak hanya berdampak pada gangguan psikis tetapi juga dapat berdampak langsung pada gangguan kesehatan tubuh. Ada beberapa penyakit yang terjadi jika Anda sering memendam emosi.

“Emosi dan perasaan trauma yang tidak ditangani dengan baik, lama-lama dapat menumpuk pada bagian tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit. Ini karena orang yang emosinya kacau otomatis imun tubuhnya turun, napas berantakan, suhu tubuh naik, depresi atau terlihat lebih tua, juga emosi negatifnya lama-lama menumpuk di bagian-bagian tubuh lain

Berikut beberapa penyakit yang berhubungan dengan emosi, yaitu:
1. Alergi, karena penyangkalan akan kekuatan dan kemampuan diri.
2. Radang sendi, karena perasaan tidak dicintai, ditolak dan perasaan dikorbankan.
3. Demam, karena perasaan marah yang tidak mampu diekpresikan.
4. Ginjal, karena kekecewaan, perasaan gagal, rasa malu yang ditekan.
5. Maag, karena takut, cemas, perasaan tidak puas pada diri sendiri.
6. Penyakit paru-paru, karena putus asa, kelelahan emosional, luka batin.
7. Sakit punggung, karena ketakutan akan uang, merasa terbebani.
8. Sakit pinggang, karena rasa tidak dicintai, butuh kasih sayang.
9. Jantung, karena rasa kesepian, merasa tidak berharga, takut gagal dan marah.
10. Kanker, karena kebencian terpendam atau makan hati yang menahun.
11. Diabetes, karena keras kepala, tidak mau disalahkan.
12. Glaukoma, karena tekanan dari masa lalu dan tidak mampu memaafkan.
13. Jerawat, karena tidak menerima diri sendiri, tidak suka pada diri sendiri.
14. Pegal-pegal, karena ingin dicintai dan disayangi, butuh dipeluk dan kebersamaan.
15. Obesitas, karena takut, ingin dilindungi, kemarahan terpendam, tidak mau memaafkan.
16. Mata minus, karena takut akan masa depan.
17. Mata plus, karena tidak mampu memaafkan masa lalu.

Orang yang emosinya tenang, apapun yang dilihatnya lebih jelas. Bila Anda punya masalah lalu dibawa ibadah, mau sujud beribu-ribu kali kalau emosi Anda belum tenang akan percuma,

cara terbaik untuk merespons emosi khususnya emosi marah adalah dengan mengeluarkannya dengan cara yang baik dan santun atau bicara baik-baik dengan orang yang membuat kita kesal.