Cari Blog Ini

Rabu, 19 Oktober 2011

Problem


Didalam hidup ini setiap manusia pasti pernah menemukan berbagai masalah, baik masalah kecil bahkan masalah yang sangat besar sekalipun, dan banyak cara sebenarnya dalam menyelesaikan sebuah masalah tergantung pola fikir dan cara pandang diri manusia itu sendiri, jangan pernah pernah lari dari sebuah masalah, dan jangan pernah lelah untuk berfikir bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah itu, tetapi janagn pernah menunda - nunda waktu untuk menyelesaikan nya, bergerak cepat dan tetap fokus.

how to solve a problem


Problem atau masalah selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Tua, muda, kaya, miskin, anak-anak, atau dewasa, semua pasti sering menemui masalah dalam kehidupan. Karenanya, teknik penyelesaian masalah mestinya menjadi salah satu kemampuan terpenting dalam kehidupan. Bagaimana kita memandang atau menghadapinya seringkali akan menjadi faktor penentu kesuksesan hidup. Masalah bisa datang dalam berbagai bentuk dan krumitan. Berikut ini adalah panduan seadanya umum yang mungkin bisa memudahkan Anda menyelesaikan segala masalah.

  • Perhatikan masalah dengan jelas: Ini adalah komponen pertama dan terpenting sebelum kita menyelesaikan masalah. Upaya berupa tindakan memang dapat membantu Anda dalam mengatasinya, namun itu semua bisa tak ada artinya bila salah menilai masalah yang sedang dihadapi. Langkah terbaik (mungkin) adalah dengan selalu berusaha melihat permasalahan secara jernih dan logis, walau Anda sedang di bawah tekanan atau dikejar waktu. Ketenangan adalah kuncinya.
  • Pahami masalah: Setelah bisa tenang dan fokus memandang permasalahan, hal yang perlu dilakukan berikutnya adalah merekonstruksi masalah. Istilahnya diurai atau dipecah-pecah menjadi komponen-komponen masalah yang lebih sederhana supaya lebih jelas dan lebih mudah dipahami. Dari situ dapat dibuat alur logika tentang hal-hal yang semestinya terjadi dan apa saja yang tidak semestinya terjadi. Apa saja (kemungkinan) penyebabnya? Di manakah bagian penting yang bisa dijadikan awal solusi? Mungkin melalui hubungan sebab - akibat (kausalitas), pola-pola, atau bahkan siklus yang sedang bekerja. Itu semua diperlukan guna mendapat pemahaman lebih baik tentang apa yang sedang Anda hadapi. Hindari sesat pikir.
  • Rencanakan strategi penyelesaian: Setelah memiliki pemahaman yang baik tentang masalah yang sedang dihadapi, langkah selanjutnya adalah menyiapkan atau memulai langkah solusi. Biasanya antara masalah dan solusi adalah hubungan sebab dan akibat. Dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah, Anda punya target atau hasil tertentu yang diinginkan. Oleh karena itu, penting artinya untuk memertimbangkan langkah apa saja yang perlu diambil untuk mencapai hasil tersebut. Mungkin Anda menilai bahwa penyelesaiannya tidak / belum bisa tuntas. Itu bukan soal karena setidaknya problem sudah separuh kelar ketimbang lari / bersembunyi dari persoalan.
  • Melaksanakannya: Setelah mengurai langkah-langkah logis yang mengarah ke solusi dengan hasil yang Anda inginkan, maka jalankan rencana itu. Jika kondisi problem yang dihadapi dapat berubah saat eksekusi rencana, jangan malas atau ragu untuk mengevaluasi kembali strategi Anda. Perhatikan perkembangan yang terjadi setelah rencana dijalankan. Hal ini bisa menjadi sangat penting mengingat Anda mungkin perlu membuat keputusan penting, yaitu apakah perlu mengubah rencana Anda (rencana A menjadi rencana B?). Ingat, perubahan kondisi masalah tak selalu berarti bahwa langkah-langkah yang telah ditempuh bakal gagal. Perubahan yang terjadi boleh jadi adalah bagian dari proses penyelesaian. Selain itu, kadang memang perlu melaksanakan rencana awal sepenuhnya untuk mendapatkan gambaran lebih dalam tentang masalah yang dihadapi. Bila masalah yang ditemui semisal sebuah kesempatan langka yang hanya muncul sekali seumur hidup, mungkin pendekatan yang diperlukan adalah dengan langsung mencoba saja. Istilahnya trial and error.
  • Mengevaluasi hasil: Setelah melihat jalannya rencana, pertimbangkan hasilnya apakah sesuai harapan. Jika tidak tercapai, renungkan lagi pendekatan Anda. Apakah ada kesalahan dalam rencana atau pelaksanaan? Atau, apakah hasilnya akibat sesuatu yang di luar dugaan? Mengevaluasi kembali langkah sangat bagus karena mungkin bisa sangat membantu Anda menyelesaikan masalah lainnya. Bila perlu dibuat catatan tentang hal itu.

Dua pendekatan dalam melihat suatu masalah



Pendekatan Reactive

Mereka yang reactive biasanya melihat suatu masalah sebagai ancaman. Entah ancaman terhadap karirnya, bisnisnya, keluarganya, dan sebagainya. Dalam kelompok ini Anda mencari solusi terhadap masalah dengan menggunakan pendekatan logis dan tradisional. Ciri-cirinya:
  • Begitu masalah datang Anda cenderung segera mencari cara apapun untuk mengatasinya.
  • Masalah dilihat sebagai faktor penghambat perkembangan diri.
  • Anda akan segera menyusun strategi untuk menghadapi masalah
  • Karena masalah dilihat sebagai ancaman, dia akan mendominasi pikiran dan cenderung menyebabkan kecemasan dan stress.
Apabila Anda bekerja di perusahaan, barangkali Anda pernah diminta untuk memimpin suatu proyek dimana Anda bertanggung jawab untuk mencapai target tertentu. Disini Anda dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan analisa, justifikasi, dan pemikiran logis dalan menghadapi tantangan atau masalah yang muncul. Anda akan berada dalam kondisi tertekan untuk memenuhi deadline. Bisa ditebak, Anda akan cenderung menggunakan pendekatan reaktif dalam menyelesaikan persoalan.



Pendekatan Receptive

Pendekatan ini biasanya dipraktekkan oleh mereka yang sudah menyadari bahwa masalah bukanlah ancaman tetapi justru konsekuensi yang timbul dari suatu kondisi yang kita ciptakan. Oleh karena itu kita mempunyai kekuatan untuk mengubah kondisi tersebut dari dalam diri sendiri. Anda mau menerima masalah dan pada saat yang sama membuat solusinya.Ciri-cirinya:

Ketika masalah datang, Anda mengenalinya dan menggunakan pendekatan:
  • Masalah merupakan kebalikan dari solusi. Ketika masalah muncul, Anda percaya saat itu juga bahwa solusinya sudah ada.
  • Anda fokus kepada solusi dari persoalan yang timbul, bukan pada penyebab dari masalah itu. Dengan demikian Anda mengambil alih kontrol dari dalam diri Anda sendiri, bukannya dikendalikan oleh keadaan di luar.
  • Masalah merupakan kesempatan untuk pengembangan diri. Anda melihatnya sebagai peluang untuk meciptakan realitas positif dalam hidup Anda.
Mau menerima masalah bukan berarti berdiam diri. Anda tidak ”kebakaran jenggot” tetapi mengenali masalah itu dengan tenang dan membuat diri Anda responsif terhadap semua yang Anda perlukan untuk mengundang solusi.

Contoh yang paling sederhana adalah ketika pasangan yang Anda cintai (misalnya istri, suami, atau pacar) sedang ngambek karena masalah sepele. Dengan pendekatan reactive, Anda hanya akan memperburuk keadaan dengan bertanya-tanya kenapa dia harus ngambek, menganalisa penyebabnya dan merasa kondisi ini akan mengancam keharmonisan hubungan Anda dengannya. Bukannya solusi yang didapat tetapi justru kecemasan dan kekhawatiran.

Dengan pendekatan receptive, Anda menerima dan menyadari bahwa pasangan Anda sedang marah. Anda fokuskan energi Anda untuk menciptakan kasih sayang yang pada dasarnya merupakan lawan dari kemarahan. Anda tidak larut terbawa suasana – mencoba mencari jawaban dari analisa kenapa dia jadi marah – tetapi mengambil alih kendali dari dalam diri sendiri, tetap berpikir tenang, dan menunjukan sikap positif dalam perilaku Anda. Anda akan rasakan bahwa berada dalam situasi ini justru membuat diri Anda berkembang. Anda membuat kualitas positif dari diri Anda muncul ke permukaan dan sudah menjadi hukum alam dengan bersikap seperti ini pasangan Anda niscaya akan berubah dari marah menjadi cinta.

Pendekatan receptive ini bisa Anda praktekkan di kehidupan bisnis, rumah tangga, dan sosial. Intinya Anda membangun keyakinan bahwa masalah tidaklah nyata sehingga Anda tidak merasa terbebani. Latih diri Anda untuk tidak reaktif ketika suatu masalah muncul. Fokuskan diri Anda pada lawan dari masalah, yaitu solusi, untuk menemukan kendali dan bukannya larut dalam masalah itu.