Cari Blog Ini

Minggu, 17 November 2013

Perbedaan Dandan Ibu Atut (Gub Banten) Vs Ibu Risma (Walikota Surabaya)



Berhari-hari ini baca soal dandan Ibu Atut Chosiyah di media. Ya ampun, sampe 1 milyar loh! Biaya Rp 1 milyar itu meliputi dandan ke salon, membeli parfum, aksesori di luar negri, tas Hermes senilai Rp 450 juta dan sebagainya.

Sekali lagi, ini memang jomplang dengan kondisi rakyat yang dipimpinnya. Di provinsi Banten ini, kasus bayi kurang nutrisi dan busung lapar masih tertinggi di Indonesia. Belum lagi angka pengangguran yang juga tertinggi di Indonesia. Yang paling miris tentu angka kemiskinan, yang menurut data Kementrian Dalam Negri, untuk provinsi hasil pemekaran, merupakan yang tertinggi.

Jadi, anak-anak miskin masih susah sekolah, kurang gizi, tetapi pemimpinnya berpenampilan seperti itu. Sungguh tidak memiliki kepekaan dan empati kepada rakyat, yang nota bene bisa diibaratkan sebagai anak-anaknya sendiri.

Ada yang bilang, kalau dari sumber yang halal, mengapa tidak? Ya bisa aja, kalau rakyatnya sudah sejahtera! Kalau belum ya mending uang halalnya itu diberikan untuk memperbaiki kualitas kehidupan rakyatnya! Apalagi jika sumbernya dipertanyakan? Bisa jadi dari menggunakan alokasi APBD Banten yang tidak bisa dipertanggung jawabkan? APBD dibuat oleh eksekutif dan legislatif yang ternyata masih keluarga sendiri alias KKN, kemudian dikontrakkan kepada perusahaan yang sahamnya dipegang oleh keluarga sendiri?

Jadi, sungguh kontras penampilan pemimpin yang seperti itu dengan rakyat yang dipimpinnya. Berbeda Ratu Atut Chosiyah, penampilan walikota surabaya malah nyaris tanpa dandan sama sekali.

Bu Risma, walikota Surabaya ini, memang terlihat amat sederhana. Malah mukanya seperti gak dimake up-in loh. Gak putih kinclong licin seperti Atut. Jika naik pesawat, bu Risma seperti Jokowi, lebih memilih naik yang kelas ekonomi.

Berbeda dengan bu Atut yang suka plesiran belanja di luar negri, bu Risma malah suka blusukan ke gang-gang sempit di daerahnya. Menyapa anak-anak main bola, menindak ABG yang terjun ke prostitusi dan pagi-pagi subuh suka ngider ngutipin sampah di Surabaya.

Bu Risma juga peka sekali terhadap nasib perempuan lainnya. Sehingga pernah menasihatin 45 mantan pelacur Dolly yang memulai hidup baru seperti ini: “Semua orang pasti berbuat salah, jadi jangan berkecil hati. Kalau sekarang sampeyan menutup wajah (karena pada nutupin wajah pake cadar, red), ke depan sampeyan akan berani membanggakan diri sebagai bagian dari masyarakat umumnya. Suatu saat nanti, saya ingin sampeyan-sampeyan bertemu dengan saya dan menceritakan keberhasilan sampeyan.”

Dan kejadian baru-baru kemaren, Bu Risma mengambil alih pemadaman kebakaran yang amat sulit di Surabaya, karena kepala dinasnya pingsan terhirup asap pekat…:D…Emang walikota jagoan nih bu Risma, hehee…

Dan dimasa bu Risma juga, Surabaya meraih juara 1 se-Asia Pasifik sebagai kota dengan partisipasi publik terbaik dan juara 1 untuk 2 kategori se-Asia Pasifik. Termasuk selama 3 tahun berturut-turut sejak 2010 meraih Adipura untuk kota terbersih (level nasional). Bu Risma juga nominasi walikota terbaik dunia, walaupun tidak menang.

Keindahan bu Risma adalah keindahan batin, yang gak perlu dipoles. Walaupun sebagai perempuan, saya merasa dandan adalah keharusan untuk terlihat rapi dan bersih, pake bedak dikit, polesan lipstik berwarna lembut sudah cukup untuk menampilkan kesegaran dan keceriaan, tetapi itupun rasanya gak berarti dengan keindahan manusia-manusia yang sangat tulus dan peduli pada manusia lain seperti ini.

Semoga semakin banyak manusia pemimpin yang sederhana, yang keutamaan dan keindahannya terlihat dari kemampuannya mengelola pemerintahannya, cerdas, amanah, jujur dan sayang ma rakyatnya.

Sumber : http://m.kompasiana.com/post/sosok/2013/11/06/dandan-ibu-atut-vs-dandan-ibu-risma-walikota-surabaya/