Cari Blog Ini

Kamis, 03 November 2011

Tak kan pernah hilang

Hari,terus berlalu...
Waktu,kian melaju...
Dunia,seakan tak pernah rapuh
...
Namun...

Cintaku kepada mu takan pernah hilang di telan waktu
Meskki setiap sa'at ku merindui mu

Sayang ku,,,
Lihatlah diriku dari syurga mu
Pandanglah aku,,,
Seluas netra mu
Jiwa ku se'akan ingin jumpa dengan engkau yg selalu dalam mimpiku

Kasih...
Pegang lah erat jemari ku
Bawalah aku ke alam dunia mu,,
Tak kuat ku tanpa mu....

Sayang...
Andai saja dirimu pergi ke syurga membawa Hp...
Pasti kan ku calling setiap waktu
Dan SMS,di sa'at rindu....

Angin Syahdu


Angin syahdu berdendang merdu, melengangkan jalan nan riuh gemuruh, memaksaku melagu membayangimu, memecah kedinginan karna khayalku. Cintaku... penat ku tunggui esok menjelang, letihku menahan luapan rindu yang menggudang, karna hadirmu belum jua datang, tak sabar kau rengkuh erat ragaku, biar ku rasakan lagi getaran-getaran indah tak menentu, dengan pesonamu yang memikat, buat wajahku merah kelabu. sayangku... aku menunggumu penuh harap kan segera datang.""Rembulan Merindu""

Kelembutan


Pandita kelembutan semegah alam
memberikan kehidupan tanpa materi,

tanpa terpaut memaksa hakikat di bibir jiwa
merasa menjamah amanat
mutiara tanpa nilai penghargaan
dan tanpa melelang harga diri.

Di ujung hari ada sebuah messiah
mungkin agak samar
dan terlihat suara memekik risau,
beri aku dawai !
akan aku rapihkan nadanya melengkapi celah guitarku.

Beri aku note nada di barisan jemari musik alam jiwa,
dan akan ku mainkan serentak improvisasi tarian jemari
menyentuh dawai memetik rintik sengau suara
hembusan kelam memudar ramai.

Bila musisi di beri keluasan ruang jamah,
tak di sadari imaji melaksa menghampar
aneka notasi apresiasi lagunya tercipta pesona hakiki.

Aku semenjak bernyanyi ingin ku cipta
tembang indah menghibur hati yang lemah
bukan merayu dalam syairku,
pada tiap pendaran menyiasatkan kemenangan
dalam perjuangan gelap menuju arah terang
walau tanpa menadah mantra.

Oh engkau penyair terdahulu di surga keabadian,
kami di bawahmu engkau menyambangi kami
menuntun langkah menyentuh gubahan ini
begitu lembut seraya sutra,
halus bak air membasuh kotoran berdebu.

Oh engkau yang penyair,
izinkan panditamu ku jamah !
agar maklumat ini terilhami akan kliman
agitasikan gejolak tanpa prahara.