Cari Blog Ini

Selasa, 01 Mei 2012

Transaksi Kehidupan

Salah satu hukum bisnis menyatakan bahwa kualitas keuntungan tidak ditentukan oleh kuantitas aktivitas bisnis tetapi oleh kualitas transaksi. Tidak sedikit orang menciptakan banyak transaksi tetapi kualitas keuntungan didapat tidak sebanyak jumlah transaksi yang diciptakan. Padahal apa yang kita inginkan adalah transaksi sebanyak mungkin dengan keuntungan sebesar mungkin. Transaksi adalah pelaksanaan keputusan dealing tentang tawaran yang kita setujui dan tawaran yang kita ajukan. Selanjutnya transaksi menciptakan harga (price of value).
Pada dasarnya semua orang sudah ditakdirkan hidup dengan ‘business of selling’, terlepas apakah ia pengusaha atau pun orang biasa. Karena takdir itulah, maka sebagian hukum alam yang mengatur kehidupan ini adalah hukum untung rugi. Dalam menyikapi hukum diperlukan kepemilikan sikap mental pengusaha (the entrepreneurship mental attitude). Atau sosok yang bermentalitas 'creating' dan bertanggung jawab atas resiko keputusan yang diambil serta menerima resiko sebagai pemilik.
Terlepas dari job title yang anda sandang saat ini maka anda adalah pengusaha di mana setiap  keputusan yang anda ambil, maka andalah yang akan merasakan rugi dan untungnya. Buktinya, setiap saat kita menciptakan transaksi dari tawaran kehidupan. Hanya saja yang sering membuat kita menderita kerugian adalah keputusan transaksi yang tidak didukung dengan mentalitas pengusaha. Banyak sekali komoditas peristiwa hidup yang ditawarkan tetapi tidak kita ciptakan transaksi yang bertanggung jawab untuk memiliki keuntungan dari kerugian atau dari keuntungan.
Walhasil, kita lebih sering menjadi pengusaha yang rugi. Contoh paling riil adalah kegagalan. Baik terjadi pada orang lain dan diri kita, atau baik disebabkan oleh orang lain atau kesalahan kita, sebenarnya peristiwa ini adalah komoditas yang ditawarkan oleh kehidupan. Kegagalan itu bisa menjadikan kita rugi atau untung. Bukan karena kegagalan ‘as matter’ tetapi karena  keahlian bertransaksi. Kita apakan kegagalan itu setelah terjadi. Banyak pengusaha yang bisa menjadikan kegagalan sebagai the moment of truth untuk membangun keuntungan. Sebaliknya tidak sedikit yang menjadikan kegagalan hanyalah kegagalan – komoditas yang merugikan. 
 
Watak Tawaran
Tawaran bisnis memiliki dua watak yang menonjol: menarik (to attract)  dan mendorong (to push).  Kalau anda pergi ke Mall  maka semua komoditas yang dijajakan sudah didesain menarik dan punya daya tarik untuk menggoda kantong anda. Demikian juga kalau anda mengunjungi lokasi pasar kaki lima. Meskipun teknik penjajaan komoditas tidak didesain semenarik apa yang ada di  Mall tetapi teknik rayuan dan gertakan yang dijalankan para pedagang di sana mendorong anda untuk membeli seakan-akan anda merasa bersalah kalau tidak membeli tawarannya.
Tidak berbeda dengan komoditas hidup yang ditawarkan kepada anda.  Baik orang pintar atau orang bodoh, orang bawah atau orang atas, orang terhina atau orang terhormat mendapatkan peristiwa yang sama. Kegagalan, tantangan, dan kesulitan adalah tawaran yang menarik/mendorong semua orang untuk berpikir negatif dan tidak mau bertanggung jawab apalagi memilikinya. Seakan-akan aib yang memalukan. Perbedaannya adalah apakah anda akan menjadikan semua peristiwa yang tidak diinginkan itu sebagai tawaran yang perlu diciptakan transaksi atau anda bayar langsung.
Ketika anda membayar langsung hanya karena dorongan (being pushed) atau terkesima oleh godaan daya tarik (being attracted), maka kemungkinan paling dekat adalah anda tidak puas atau anda baru bisa mengakui barang yang anda beli tanpa transakis itu berguna setelah barang itu lusuh. Orang terkadang baru sadar ternyata peristiwa yang tidak diinginkan itu berguna setelah peristiwa menelan banyak pengorbanan alias lusuh.
 
Penyebab Kerugian
Meskipun dunia ini terus berubah,  tetapi tidak berbeda  dalam satu hal: terjadi perbandingan yang tidak seimbang antara jumlah populasi dunia yang beruntung dan merugi. Survey  yang diadakan Hartford company menemukan bahwa dari 100 orang yang disurvey ternyata tidak mencapai 20 orang yang dikategorikan beruntung.
Dengan kemajuan pengetahuan yang datang untuk mencerahkan, memang membuat orang punya lebih banyak pilihan untuk menjadi pengusaha yang beruntung tetapi lagi-lagi semua akan kembali pada kualitas memilih (baca: transaksi). Tekhnologi dan pengetahuan hanyalah memudahkan dan memperbanyak pilihan. Untung-rugi adalah kualitas memilih dari yang kita ciptakan. Wajarlah kalau dikatakan, satu temuan tekhnologi bisa menggantikan pekerjaan ratusan orang biasa-biasa tetapi  ratusan tekhnologi tidak akan bisa menggantikan pekerjaan satu orang ahli. Transaksi adalah keahlian dan tidak bisa didelegasikan kepada tehnologi.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan kerugian transaksi kehidupan disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Tidak tahu harga / nilai komoditas
Pengusaha yang tidak tahu nilai komoditas akan membuat usahanya tidak untung atau salah menilai harga jual-beli komoditas. Contoh sederhana: buah mengkudu telah bertahun-tahun disia-siakan orang di sejumlah pedesaan di Indonesia. Setelah diketahui kandungan khasiatnya, barulah mengkudu perlu dibudidayakan. Nah, ada sejumlah peristiwa di dalam hidup kita yang bernasib sama dengan buah mengkudu. Kita menganggapnya tumbuhan liar yang perlu disingkirkan. Hanya orang yang telah berhasil lolos dari penyakit yang tahu nilai penyakit dan kesehatan. Hanya orang yang sudah berhasil menciptakan kesuksesan dari kegagalan yang tahu kegagalan bukanlah dosa laknat yang harus dihindari tetapi peristiwa hidup yang kita butuhkan. 

2. Tidak tahu Indeks Pasar
Supaya transaksi bisa untung perlu dukungan data, informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang harga yang berlaku bagi komoditas tertentu di pasaran. Demikian juga dengan diri kita. Teori apapun tidak berani memastikan berapa jumlah kuantitatif dan kualitatif komoditas yang kita amiliki di dalam untuk ditawarkan kepada kehidupan. Komoditas itu bisa bernilai tinggi sehingga layak disebut  aset utama tetapi ada yang bernilai lebih rendah dari komoditas yang dimiliki oleh hewan.
Selama bertahun-tahu militer Amerika dan juga dunia termasuk pendidikan menjadikan IQ sebagai ukuran tunggal untuk menilai kecerdasan seseorang. Begitu EQ ditemukan lalu disusul temuan SQ, maka peta tolok ukur kecerdasan manusia berubah. Ketika indeks pasar sudah berbicara bahwa ternyata perasaan itu berperan penting sementara anda masih berpedoman tidak penting atau tidak tahu kegunaannya, maka telah terjadi pengabaian yang menyebabkan transaksi anda dengan kehidupan ini rugi.
Perkembangan eksplorasi ilmiah itu adalah gambaran bahwa anda tidak sekedar memiliki ketiga kecerdasan tetapi masih banyak yang belum diungkap dan belum digunakan sebagaimana mestinya padahal itu penting. Sekedar gambaran, Charles Handy menulis bahwa di luar  pembahasan teori  kecerdasan yang ada, manusia masih banyak menyimpan kecerdasan lain yang perlu diasah karena penting, seperti kecerdasan practical, logical, interpersonal, intrapersonal, verbal, dll.  Semua keahlian yang anda miliki apabila dicerdaskan akan membuat transaksi untung karena akan didukung dengan akurasi pengetahuan dan keahlian. 

3. Tidak menguasai unsur hal tekhnis
Transaksi membutuhkan penguasaan tekhnis baik di bisnis apalagi transaksi harga peristiwa kehidupan yang terjadi. Mungkin bentuknya sangat variatif. Penguasaan tekhnis kalau dirujukkan pada  ajaran KOKORO (The heart of warrior) milik Yamaoko (1836-1888) bukan semata bergantung pada gerakan fisik. Yamaoko menulis:  "Kalau muatan pikiran anda tidak punya akses-langsung ke tangan anda maka ribuan tehnik yang anda kuasai tidak ada gunanya". Tidak hanya sebatas penguasaan pedang tetapi tombol telephone pun demikian. Apalagi menghadapi orang atau peristiwa.
Ibarat  seorang sopir kendaraan. Kalau hanya jasat  sopir saja yang mengendalikan kendaraan, maka armada temuan tehnologi manapun tidak akan bisa membantu menghindarkan dari tabrakan. Demikian juga dengan hidup kita. Yang menentukan pada akhirnya bukan atribute eksternal tetapi murni bagaimana diri kita.  Fasilitas digunakan untuk memudahkan atau memperindah tetapi kualitas keuntungan transaksi tidak bisa bergantung pada keahlian di  bagian luar diri kita. Karena sesungguhnya yang di dalam itulah yang menampilkan apa yang di luar dan menciptakan ke luar. 
 
Apa yang bisa anda lakukan?
Supaya bisa menciptakan transaksi yang menguntungkan, pembelajaran hidup yang perlu dijalani adalah seperti dikatakan Covey: mengasah gergaji. Untuk mengetahui apa saja yang harus anda asah, ada baiknya anda mempertajam gergaji berikut ini: 

1. Kepercayaan Diri
Pengusaha yang untung dalam menciptakan transaksi umumnya cakap dalam mengungkap keunggulan komoditas setinggi-tingginya sehingga orang lain percaya. Maka, terciptalah transaksi kepercayaan yang menguntungkan. Tetapi kecakapan itu bukan peristiwa dadakan (dramatic event) melainkan keahlian yang diasah untuk menemukan keunggulan diri (negotiation skill) dan pengetahuan menyeluruh tentang konstelasi komoditas.
Ketika anda menerima peristiwa hidup yang tidak diinginkan, maka untung-rugi sebuah transaksi ditentukan oleh sejauhmana anda percaya bahwa peristiwa itu berharga, dan bahwa nilai yang dikandung di dalamnya bisa anda gunakan. Kalau anda tidak tahu harga dan tidak tahu kegunaanya (keunggulan) maka tawaran yang anda lakukan tidak akurat alias banyak melesetnya. Jadi belajarlan menemukan keunggulan dari semua tawaran peristiwa agar anda tidak menciptakan transaksi hanya karena didorong atau ditarik melainkan murni keputusan berdasarkan pengetahuan fakta optimal. 

2. Mentalitas
Belajar pada teori militer, sensitivitas-diri seorang prajurit dibentuk dengan menggembleng doktrin yang membuatnya merasa “BE” (menjadi). Ketika sudah merasa “BE” maka gampang untuk “KNOW”. Ketika sudah “BE & KNOW” maka akan menjalankan “DO”. Demikian pula dengan doktrin pengusaha.  Pertama kali adalah tanggung jawab atas resiko, dan kedua, menerima resiko itu dengan rasa memiliki.
Banyak peristiwa hidup yang terjadi begitu saja dan umumnya tidak kita inginkan. Perbedaan “BE pengusaha” dan tidak adalah bagaimana orang menerimanya. Pengusaha akan menerima sebagai materi tanggung jawab untuk diubah menjadi peristiwa yang diinginkan. Sementara orang yang bukan “BE Pengusaha” akan menerima sebagai materi apa adanya atau hanya menjadi bahan mengeluh dan bahan menyalahkan.
Gergaji kedua ini adalah lanjutan dari gergaji pertama. Tidak cukup anda meyakini kandungan makna di dalam setiap peristiwa hidup yang anda terima tetapi perlu mentalitas pengusaha untuk menemukan lalu memberdayakannya sebagai modal untuk melakukan transaksi selanjutnya. Syarat mutlak yang harus anda penuhi adalah tidak membiarkan peristiwa hidup anda dimiliki oleh orang lain melalui proses menyalahkan atau membiarkan. Kalau anda menyalahkan dengan dukungan alasan akurat, mungkin itu benar tetapi yang perlu diingat adalah tanggung jawab memberdayakan makna tidak akan menjadi milik siapa pun kecuali anda sendiri. Ajaran leadership menyatakan tanggung jawab tidak bisa didelegasikan. 

3. Kendali
Gergaji ini berfungsi untuk menjalani proses mengasah secara terus-menerus. Kalau harus berhenti niatkan hanya untuk istirahat bukan meninggalkan. Begitu anda mendapat stimuli merugikan segeralah kembali pada predikat pengusaha dengan misi yang anda emban. Tanpa mengasah secara terus-menerus maka perubahan nilai komoditas, indek pasar dan penguasaan tehnis yang anda miliki akan ketinggalan dengan perubahan dunia yang sedemikian rupa. Karena tumpul, akibatnya bisa membuat anda tidak ‘pede’ lagi ketika tawaran transaksi muncul.
 
Tidak ada pengusaha yang langsung sukses; mendapatkan keuntungan banyak (80%) dari upaya sedikit (20%) dengan menjadi investor. Sebagai muatan mindset (vision), keinginan untuk menjadi investor dengan aplikasi 80:20 jelas sangat dibutuhkan. Hanya saja ketika muatan tersebut harus diimplementasikan dalam sebuah tindakan, maka mengasah gergaji adalah rumusan yang harus dilakukan. Kesuksesan itu seperti kata orang tidak sebagaimana jalan tol melainkan tangga.  Kalau anda sudah berhasil menapakaki tangga pertama, logikanya anda berpotensi kuat untuk menaiki tangga kedua, ketiga dan seterusnya. Demikian pula kalau anda sudah bisa menghasilkan keuntungan sedikit. Logikanya anda punya potensi-diri dan peluang untuk menciptakan transaksi dengan keuntungan banyak hanya saja tidak langsung. Mudah-mudahan bisa anda jadikan bahan bertransaksi menguntungkan.(jp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar