Salah
satu hukum bisnis menyatakan bahwa kualitas keuntungan tidak ditentukan oleh
kuantitas aktivitas bisnis tetapi oleh kualitas transaksi. Tidak sedikit orang
menciptakan banyak transaksi tetapi kualitas keuntungan didapat tidak sebanyak
jumlah transaksi yang diciptakan. Padahal apa yang kita inginkan adalah
transaksi sebanyak mungkin dengan keuntungan sebesar mungkin. Transaksi adalah
pelaksanaan keputusan dealing tentang tawaran yang kita setujui dan
tawaran yang kita ajukan. Selanjutnya transaksi menciptakan harga (price of
value).
Pada
dasarnya semua orang sudah ditakdirkan hidup dengan ‘business of selling’, terlepas
apakah ia pengusaha atau pun orang biasa. Karena takdir itulah, maka sebagian
hukum alam yang mengatur kehidupan ini adalah hukum untung rugi. Dalam
menyikapi hukum diperlukan kepemilikan sikap mental pengusaha (the
entrepreneurship mental attitude). Atau sosok yang bermentalitas 'creating'
dan bertanggung jawab atas resiko keputusan yang diambil serta menerima resiko
sebagai pemilik.
Terlepas dari job title yang anda sandang saat ini maka
anda adalah pengusaha di mana setiap keputusan yang anda ambil, maka
andalah yang akan merasakan rugi dan untungnya. Buktinya, setiap saat kita
menciptakan transaksi dari tawaran kehidupan. Hanya saja yang sering membuat
kita menderita kerugian adalah keputusan transaksi yang tidak didukung dengan
mentalitas pengusaha. Banyak sekali komoditas peristiwa hidup yang ditawarkan
tetapi tidak kita ciptakan transaksi yang bertanggung jawab untuk memiliki
keuntungan dari kerugian atau dari keuntungan.
Walhasil, kita lebih sering menjadi pengusaha yang rugi. Contoh
paling riil adalah kegagalan. Baik terjadi pada orang lain dan diri kita, atau
baik disebabkan oleh orang lain atau kesalahan kita, sebenarnya peristiwa ini
adalah komoditas yang ditawarkan oleh kehidupan. Kegagalan itu bisa menjadikan
kita rugi atau untung. Bukan karena kegagalan ‘as matter’ tetapi
karena keahlian bertransaksi. Kita apakan kegagalan itu setelah terjadi.
Banyak pengusaha yang bisa menjadikan kegagalan sebagai the moment of truth
untuk membangun keuntungan. Sebaliknya tidak sedikit yang menjadikan kegagalan
hanyalah kegagalan – komoditas yang merugikan.
Watak
Tawaran
Tawaran bisnis memiliki dua watak yang menonjol: menarik (to
attract) dan mendorong (to push). Kalau anda pergi ke
Mall maka semua komoditas yang dijajakan sudah didesain menarik dan punya
daya tarik untuk menggoda kantong anda. Demikian juga kalau anda mengunjungi
lokasi pasar kaki lima. Meskipun teknik penjajaan komoditas tidak didesain
semenarik apa yang ada di Mall tetapi teknik rayuan dan gertakan yang
dijalankan para pedagang di sana mendorong anda untuk membeli seakan-akan anda
merasa bersalah kalau tidak membeli tawarannya.
Tidak
berbeda dengan komoditas hidup yang ditawarkan kepada anda. Baik orang
pintar atau orang bodoh, orang bawah atau orang atas, orang terhina atau orang
terhormat mendapatkan peristiwa yang sama. Kegagalan, tantangan, dan kesulitan
adalah tawaran yang menarik/mendorong semua orang untuk berpikir negatif dan
tidak mau bertanggung jawab apalagi memilikinya. Seakan-akan aib yang
memalukan. Perbedaannya adalah apakah anda akan menjadikan semua peristiwa yang
tidak diinginkan itu sebagai tawaran yang perlu diciptakan transaksi atau anda
bayar langsung.
Ketika anda membayar langsung hanya karena dorongan (being
pushed) atau terkesima oleh godaan daya tarik (being attracted),
maka kemungkinan paling dekat adalah anda tidak puas atau anda baru bisa
mengakui barang yang anda beli tanpa transakis itu berguna setelah barang itu
lusuh. Orang terkadang baru sadar ternyata peristiwa yang tidak diinginkan itu
berguna setelah peristiwa menelan banyak pengorbanan alias lusuh.
Penyebab
Kerugian
Meskipun dunia ini terus berubah, tetapi tidak berbeda
dalam satu hal: terjadi perbandingan yang tidak seimbang antara jumlah populasi
dunia yang beruntung dan merugi. Survey yang diadakan Hartford company
menemukan bahwa dari 100 orang yang disurvey ternyata tidak mencapai 20 orang
yang dikategorikan beruntung.
Dengan kemajuan pengetahuan yang datang untuk mencerahkan, memang
membuat orang punya lebih banyak pilihan untuk menjadi pengusaha yang beruntung
tetapi lagi-lagi semua akan kembali pada kualitas memilih (baca: transaksi).
Tekhnologi dan pengetahuan hanyalah memudahkan dan memperbanyak pilihan.
Untung-rugi adalah kualitas memilih dari yang kita ciptakan. Wajarlah kalau
dikatakan, satu temuan tekhnologi bisa menggantikan pekerjaan ratusan orang
biasa-biasa tetapi ratusan tekhnologi tidak akan bisa menggantikan
pekerjaan satu orang ahli. Transaksi adalah keahlian dan tidak bisa
didelegasikan kepada tehnologi.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan kerugian
transaksi kehidupan disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Tidak tahu harga / nilai komoditas
Pengusaha yang tidak tahu nilai komoditas akan membuat usahanya
tidak untung atau salah menilai harga jual-beli komoditas. Contoh sederhana:
buah mengkudu telah bertahun-tahun disia-siakan orang di sejumlah pedesaan di
Indonesia. Setelah diketahui kandungan khasiatnya, barulah mengkudu perlu
dibudidayakan. Nah, ada sejumlah peristiwa di dalam hidup kita yang bernasib
sama dengan buah mengkudu. Kita menganggapnya tumbuhan liar yang perlu
disingkirkan. Hanya orang yang telah berhasil lolos dari penyakit yang tahu
nilai penyakit dan kesehatan. Hanya orang yang sudah berhasil menciptakan
kesuksesan dari kegagalan yang tahu kegagalan bukanlah dosa laknat yang harus
dihindari tetapi peristiwa hidup yang kita butuhkan.
2. Tidak tahu Indeks Pasar
Supaya transaksi bisa untung perlu dukungan data, informasi,
pengetahuan dan pemahaman tentang harga yang berlaku bagi komoditas tertentu di
pasaran. Demikian juga dengan diri kita. Teori apapun tidak berani memastikan berapa
jumlah kuantitatif dan kualitatif komoditas yang kita amiliki di dalam untuk
ditawarkan kepada kehidupan. Komoditas itu bisa bernilai tinggi sehingga layak
disebut aset utama tetapi ada yang bernilai lebih rendah dari komoditas
yang dimiliki oleh hewan.
Selama bertahun-tahu militer Amerika dan juga dunia termasuk
pendidikan menjadikan IQ sebagai ukuran tunggal untuk menilai kecerdasan
seseorang. Begitu EQ ditemukan lalu disusul temuan SQ, maka peta tolok ukur
kecerdasan manusia berubah. Ketika indeks pasar sudah berbicara bahwa ternyata
perasaan itu berperan penting sementara anda masih berpedoman tidak penting
atau tidak tahu kegunaannya, maka telah terjadi pengabaian yang menyebabkan
transaksi anda dengan kehidupan ini rugi.
Perkembangan eksplorasi ilmiah itu adalah gambaran bahwa anda
tidak sekedar memiliki ketiga kecerdasan tetapi masih banyak yang belum
diungkap dan belum digunakan sebagaimana mestinya padahal itu penting. Sekedar
gambaran, Charles Handy menulis bahwa di luar pembahasan teori kecerdasan
yang ada, manusia masih banyak menyimpan kecerdasan lain yang perlu diasah
karena penting, seperti kecerdasan practical, logical, interpersonal,
intrapersonal, verbal, dll. Semua keahlian yang anda miliki apabila
dicerdaskan akan membuat transaksi untung karena akan didukung dengan akurasi
pengetahuan dan keahlian.
3. Tidak menguasai unsur hal tekhnis
Transaksi membutuhkan penguasaan tekhnis baik di bisnis apalagi
transaksi harga peristiwa kehidupan yang terjadi. Mungkin bentuknya sangat
variatif. Penguasaan tekhnis kalau dirujukkan pada ajaran KOKORO (The
heart of warrior) milik Yamaoko (1836-1888) bukan semata bergantung pada
gerakan fisik. Yamaoko menulis: "Kalau muatan pikiran anda tidak
punya akses-langsung ke tangan anda maka ribuan tehnik yang anda kuasai tidak
ada gunanya". Tidak hanya sebatas penguasaan pedang tetapi tombol
telephone pun demikian. Apalagi menghadapi orang atau peristiwa.
Ibarat seorang sopir kendaraan. Kalau hanya jasat
sopir saja yang mengendalikan kendaraan, maka armada temuan tehnologi manapun
tidak akan bisa membantu menghindarkan dari tabrakan. Demikian juga dengan
hidup kita. Yang menentukan pada akhirnya bukan atribute eksternal tetapi murni
bagaimana diri kita. Fasilitas digunakan untuk memudahkan atau
memperindah tetapi kualitas keuntungan transaksi tidak bisa bergantung pada
keahlian di bagian luar diri kita. Karena sesungguhnya yang di dalam
itulah yang menampilkan apa yang di luar dan menciptakan ke luar.
Apa
yang bisa anda lakukan?
Supaya bisa menciptakan transaksi yang menguntungkan, pembelajaran
hidup yang perlu dijalani adalah seperti dikatakan Covey: mengasah gergaji.
Untuk mengetahui apa saja yang harus anda asah, ada baiknya anda mempertajam
gergaji berikut ini:
1. Kepercayaan Diri
Pengusaha yang untung dalam menciptakan transaksi umumnya cakap
dalam mengungkap keunggulan komoditas setinggi-tingginya sehingga orang lain
percaya. Maka, terciptalah transaksi kepercayaan yang menguntungkan. Tetapi
kecakapan itu bukan peristiwa dadakan (dramatic event) melainkan keahlian yang
diasah untuk menemukan keunggulan diri (negotiation skill) dan pengetahuan
menyeluruh tentang konstelasi komoditas.
Ketika anda menerima peristiwa hidup yang tidak diinginkan, maka
untung-rugi sebuah transaksi ditentukan oleh sejauhmana anda percaya bahwa
peristiwa itu berharga, dan bahwa nilai yang dikandung di dalamnya bisa anda
gunakan. Kalau anda tidak tahu harga dan tidak tahu kegunaanya (keunggulan)
maka tawaran yang anda lakukan tidak akurat alias banyak melesetnya. Jadi
belajarlan menemukan keunggulan dari semua tawaran peristiwa agar anda tidak
menciptakan transaksi hanya karena didorong atau ditarik melainkan murni
keputusan berdasarkan pengetahuan fakta optimal.
2. Mentalitas
Belajar pada teori
militer, sensitivitas-diri seorang prajurit dibentuk dengan menggembleng
doktrin yang membuatnya merasa “BE” (menjadi). Ketika sudah merasa “BE” maka
gampang untuk “KNOW”. Ketika sudah “BE & KNOW” maka akan menjalankan “DO”.
Demikian pula dengan doktrin pengusaha. Pertama kali adalah tanggung
jawab atas resiko, dan kedua, menerima resiko itu dengan rasa memiliki.
Banyak peristiwa hidup yang terjadi begitu saja dan umumnya tidak
kita inginkan. Perbedaan “BE pengusaha” dan tidak adalah bagaimana orang
menerimanya. Pengusaha akan menerima sebagai materi tanggung jawab untuk diubah
menjadi peristiwa yang diinginkan. Sementara orang yang bukan “BE Pengusaha”
akan menerima sebagai materi apa adanya atau hanya menjadi bahan mengeluh dan
bahan menyalahkan.
Gergaji kedua ini adalah lanjutan dari gergaji pertama. Tidak
cukup anda meyakini kandungan makna di dalam setiap peristiwa hidup yang anda
terima tetapi perlu mentalitas pengusaha untuk menemukan lalu memberdayakannya
sebagai modal untuk melakukan transaksi selanjutnya. Syarat mutlak yang harus
anda penuhi adalah tidak membiarkan peristiwa hidup anda dimiliki oleh orang
lain melalui proses menyalahkan atau membiarkan. Kalau anda menyalahkan dengan
dukungan alasan akurat, mungkin itu benar tetapi yang perlu diingat adalah
tanggung jawab memberdayakan makna tidak akan menjadi milik siapa pun kecuali
anda sendiri. Ajaran leadership menyatakan tanggung jawab tidak bisa
didelegasikan.
3. Kendali
Gergaji ini berfungsi untuk menjalani proses mengasah secara
terus-menerus. Kalau harus berhenti niatkan hanya untuk istirahat bukan
meninggalkan. Begitu anda mendapat stimuli merugikan segeralah kembali pada
predikat pengusaha dengan misi yang anda emban. Tanpa mengasah secara terus-menerus
maka perubahan nilai komoditas, indek pasar dan penguasaan tehnis yang anda
miliki akan ketinggalan dengan perubahan dunia yang sedemikian rupa. Karena
tumpul, akibatnya bisa membuat anda tidak ‘pede’ lagi ketika tawaran transaksi
muncul.
Tidak ada pengusaha yang langsung sukses; mendapatkan keuntungan
banyak (80%) dari upaya sedikit (20%) dengan menjadi investor. Sebagai muatan
mindset (vision), keinginan untuk menjadi investor dengan aplikasi 80:20 jelas
sangat dibutuhkan. Hanya saja ketika muatan tersebut harus diimplementasikan
dalam sebuah tindakan, maka mengasah gergaji adalah rumusan yang harus
dilakukan. Kesuksesan itu seperti kata orang tidak sebagaimana jalan tol
melainkan tangga. Kalau anda sudah berhasil menapakaki tangga pertama, logikanya
anda berpotensi kuat untuk menaiki tangga kedua, ketiga dan seterusnya.
Demikian pula kalau anda sudah bisa menghasilkan keuntungan sedikit. Logikanya
anda punya potensi-diri dan peluang untuk menciptakan transaksi dengan
keuntungan banyak hanya saja tidak langsung. Mudah-mudahan bisa anda jadikan
bahan bertransaksi menguntungkan.(jp)