Cari Blog Ini
Minggu, 29 Januari 2012
Inikah cinta ?
Ternyata aku tak bisa
Berusaha melupakanmu
Barang sejenak saja
... Rindu ini menyeruak dada
Apa perduliku dengan perasaan ini
Namun, semakin kubiarkan
Ia semakin menggetarkan
Ada debar tak kumengerti
Ada girang yang tak kusadari
Kala kudengar nada suaranya
Kala kusimpang jalan dengannya
Inikah cinta ?
Kau Satu kekasihku
Sepi
Malam kelam
Kumemeluk sunyi
... Bintang tak kujumpai
Rembulan enggan menyinari
Lengang
Kuterpaku dalam kesendirian
Menahan rindu tiada tertahan
Aku tau, cinta
Dalam beku kaupun merindu
Dalam lelah kau tetap menyayangiku
Dan aku tau, sayank
Tiada hasrat yang kau pendam
Tutur bahasa cintamu
Selalu aku pertahankan
Kau
Satu kekasihku
Rabu, 25 Januari 2012
sang mentari
Ketika sang mentari harus tertunduk
Bukan berarti sinarnya kan selamanya redup......
Dia hanya biarkan sang dewi malam
Memancarkan sinar lembutnya keseluruh alam
... Keheningan cakrawala senja
Menghembuskan kedamaian
Menuntun beribu hati.......
Kejalan menuju sejuta mimpi
Bila hari ini seindah untaian kata....
Mungkin esok adalah kumpulan syair indah
Yang tercipta oleh hati yg tulus
Menginginkan sejuta harapan dengan kerendahan hati.....
Bebaskanlah angan ini menjelajah angkasa
Berpetualang bebas mengitari alam semesta
Walaupun tau kita takkan mampu....
Tapi pasti satu bintang tercipta untuk namamu...
Semakin
Pernah aku mencoba
Berusaha untuk melupakanmu
Namun....
... Aku sadari selama ini
Semakin aku mencoba
Semakin perih sukma ku menahan lara
Pernah aku pun mengira
Dapat membenci karena cinta
Tapi,
Semakin aku belajar membencimu
Cintaku semakin membiru
Tapi mengapa aku masih seperti ini
Mungkinkah Cinta ini tak harus memiliki...???
Minggu, 22 Januari 2012
Kuingin
Seperti syair yang kau tuliskan
Seperti senyum yang kau sunggingkan
Aku tak pernah lelah
... Dan tak pernah merasa bosan
Bahkan ku selalu
Menanti sapaanmu datang
Kuingin
Menjadi orang yang terakhir
Kali kau tatap kala kau beranjak tidur
Dan
Kungin menjadi
Orang yang pertama kau lihat
Saat kau bangun terjaga dari tidur
Met malam kekasih hatiku
Semoga dalam mimpi pun
Kau merasa bahagia dengan mimpi yang indah
Sabtu, 21 Januari 2012
Dekapan Cinta
Pantaskah aku meminta
Sedang aku tak kuasa
Sanggupkah aku memberi sedang aku tak punya ...
Malam ini
Di sudut kamar dingin ini
Aku menanti kekasih
Meski hanya bayangnya yang hadir
Menyelinap kelambuku yang kusam
Kuharap dia datang
Walau hanya dalam mimpi semalam
Mengobati rinduku
Walau bak setetes gerimis yang rikuh
Malam semakin panjang
Termenung di beranda hati
Kekosongan dan sepi memerih
Mungkinkah
Hingga pagi menjelang
membayang dalam lelapnya malam
Sabtu, 14 Januari 2012
Prestasi Anak atau Ambisi Orangtua?
Bila kita amati, sejak dini anak-anak telah dikenalkan dengan persaingan. Bentuknya pun beragam, mulai dari lomba, sayembara, kompetisi hingga olimpiade. Ini bertujuan agar anak memiliki mental kompetitif dan tidak gampang menyerah. Selain itu, sekolah pun tidak mau ketinggalan. Berbagai program disiapkan agar anak menjadi seorang pemenang.
Program teranyar yang dibuat oleh sekolah adalah RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Tidak sedikit orangtua yang berusaha untuk memasukkan anaknya ke dalam sekolah-sekolah dengan standar internasional. Mahalnya biaya tidak menjadi halangan.
Tanpa orangtua sadari, sikap ambisius orangtua seringkali membuat anak terkungkung dalam situasi yang menekan. Ambisi ini dapat berupa sikap menuntut anak untuk berprestasi pada suatu bidang. Tak jarang, bila anak gagal mencapai target, anak akan dianggap bodoh dan gagal. Kompensasinya, orangtua akan memarahi, “menghina”, atau menyindir. Selain itu anak akan diikutkan bimbingan belajar dan tambahan pelajaran agar tidak tertinggal.
Jam belajar yang sudah lama semakin bertambah panjang, 8 jam di sekolah masih harus ditambah beberapa jam lagi di luar sekolah. Situasi seperti ini, bisa jadi menekan bagi anak karena ia tidak punya kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi. Anak tumbuh dalam ketakutan untuk gagal dan melakukan kesalahan.
Perasaan tersebut menjadi sebuah tekanan batin bagi anak. Bila anak terus merasa tertekan, berbagai kegiatan positif yang diikutkan orangtua akan menjadi momok. Bisa saja, anak akan membolos dan menggunakan berbagai alasan untuk menghindari kegiatan tersebut.
Jika sudah begini, impian untuk mendapat prestasi akademis yang baik tinggal menjadi kenangan. Motivasi berprestasi anak akan turun dan digantikan perasaan cemas serta takut gagal. Kondisi ini, membuat anak enggan mencoba meraih nilai cemerlang. Bukan tak mungkin, anak akan gagal meraih prestasi dan tak naik kelas.
Tentu ini bukan akhirbyang kita harapkan. Kita semua berharap bahwa anak akan memiliki prestasi cemerlang dan dapat menjadi kebanggaan orangtua. Bila perlu, anak dapat membawa nama bangsa ke ranah internasional. Untuk itu, orangtua perlu mendukung anak. Perhatian, keadaan lingkungan, menjaga kesehatan, serta asupan gizi menjadi salah satu penting untuk meraih kesuksesan.
Namun, yang perlu ditekankan adalah, orangtua perlu ingat, bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk kemajuan anak. Bukan untuk ambisi atau obsesi pribadi. Jangan sampai anak merasa tertekan dan tidak nyaman dalam menjalani hidup. Biarkan mereka memilih apa yang terbaik bagi mereka.
Bila anak adalah anak panah, maka orangtua adalah busurnya. Tugas orangtua adalah memberikan dorongan serta mengarahkan, bukan memaksa! [ ]
Jumat, 13 Januari 2012
Makna Letak Tahi Lalat
No. | Letak Tahi Lalat | Makna |
---|---|---|
1. | Tahi Lalat di Ujung Mata Kanan/Kiri | Dapat Dipercaya tapi Pendiam |
2. | Tahi Lalat di Pangkal Hidung | Pandai dan Baik Hati |
3. | Tahi Lalat di Alis Kanan | Suka Menolong |
4. | Tahi Lalat di Alis Kiri | Dicintai Banyak Orang |
5. | Tahi Lalat di Hidung | Banyak Rezeki |
6. | Tahi Lalat di Hidung Bawah | Pandai Bicara, Banyak rezeki |
7. | Tahi Lalat di Bibir Atas | Cerdas, Banyak Rezeki |
8. | Tahi Lalat di Bibir Bawah | Baik Hati |
9. | Tahi Lalat di Pipi Kanan/Kiri | Dermawan |
10. | Tahi Lalat di Pipi Tengah | Disukai |
11. | Tahi Lalat di Ujung Mulut | Pandai Bicara |
12. | Tahi Lalat di Dagu | Pandai Bicara dan Jujur |
13. | Tahi Lalat di Telinga Kanan | Keras dan Gampang Emosi |
14. | Tahi Lalat di Telinga Kiri | Pintar dan Jujur |
15. | Tahi Lalat di Leher Bagian Depan | Bijaksana |
16. | Tahi Lalat di Leher Bagian Belakang | Kecil Hati, mudah Putus asa |
17. | Tahi Lalat di Bahu Kanan | Pendiriannya Teguh |
18. | Tahi Lalat di Bahu Kiri | Pikirannya Selalu Ruwet |
19. | Tahi Lalat di Buah Dada Kanan/Kiri | Nafsunya Besar |
20. | Tahi Lalat di Antara Buah Dada | Baik Hati |
21. | Tahi Lalat di Punggung | Dapat di Percaya |
22. | Tahi Lalat di tengah Perut (sekitar Pusar) | Dapat di Percaya |
23. | Tahi Lalat di Pinggang | Jujur dan Tabah |
24. | Tahi Lalat di Pantat | Sering Menderita |
25. | Tahi Lalat di Pangkal Paha | Tangkas dan Banyak Rezeki |
26. | Tahi Lalat di Daerah Kemaluan | Nafsu Besar |
27. | Tahi Lalat di Lutut Depan | Kuat Berjalan |
28. | Tahi Lalat di Lutut Sebelah Dalam (Lipatan/belakang lutut) | Hatinya Tidak Tetap |
29. | Tahi Lalat di Betis | Dapat di Percaya |
30. | Tahi Lalat di Tulang Kaki Kanan (Tulang Kering) | Pemboros |
31. | Tahi Lalat di Tulang Kaki Kiri | Pemberani |
32. | Tahi Lalat di Pergelangan Kaki | Kuat Berjalan |
33. | Tahi Lalat di Tumit | Tidak dapat di Percaya |
34. | Tahi Lalat di Jari-Jari Kaki | Suka Bekerja |
35. | Tahi Lalat di Lengan Kanan/Kiri | Suka Bekerja |
36. | Tahi Lalat di Telapak Kaki | Baik Hati |
37. | Tahi Lalat di Telapak Tangan Kanan | Pandai Menyimpan Harta |
38. | Tahi Lalat di Telapak Tangan Kiri | Pemboros |
39. | Tahi Lalat di Telapak Belakang | Kuat Kaya |
40. | Tahi Lalat di Ujung Siku | Baik Hati |
41. | Tahi lalat di Siku Bagian dalam | Selalu Tabah |
42. | Tahi Lalat di jari-jari Tangan | Banyak Rezeki |
43. | Tahi Lalat di Pergelangan Tangan | Pemboros |
44. | Tahi Lalat di Ubun – Ubun | Tamak akan harta benda, Jahat, dan Jahil |
45. | Tahi Lalat di Unyeng – Unyeng (Puser di kepala) | Pendiam tapi Banyak Akal dan Cerdas |
46. | Tahi Lalat di Kepala Bagian Belakang | Dapat di Percaya, Pemberani, dan Sabar |
47. | Tahi Lalat di Kepala Sebelah Kiri | Wataknya Buruk |
48. | Tahi Lalat di Dahi Kanan atau Kiri | Kepribadiannya Jelek |
49. | Tahi Lalat di Tengah- Tengah Dahi (Jidat) | Pandai dan Baik Hati |
50. | Tahi Lalat di Pelipis Kanan/Kiri | Banyak Rezeki |
51. | Tahi Lalat di Kelopak Mata Atas Kanan/Kiri | Pandai Membawa Diri |
52. | Tahi Lalat di Kelopak Mata Bawah Kanan/Kiri | Sering Menderita |
53. | Tahi Lalat di Kepala Sebelah Kanan | Banyak Rezeki |
Anak Tidak Mau Sekolah
Ketika anak Anda mogok sekolah, bagaimana Anda mengatasinya?
Baru beberapa hari tahun ajaran sekolah dimulai, Reza tiba-tiba saja mogok sekolah. Ketika ditanya masalahnya, ia emoh cerita. Esoknya, Sang Ibu mengetahui dari teman sekelas Reza, kalau kemarin Reza baru dimarahi gurunya karena lupa membawa buku tugas.
Mungkin ini hanya satu dari beberapa alasan anak Anda mogok sekolah. Namun, apapun masalahnya, apa yang Anda lakukan jika anak Anda mengalami ini? Pricyla Trimeilinda, P.Psi, Psikolog , dari Psikolog Anak Siloam Hospitals Lippo Karawaci membagikan kunci jawabannya kepada Anda.
Cemas Karena ‘Berpisah’
Menurut Pricyla, kategori usia anak yang suka melakukan mogok sekolah adalah anak-anak yang masih sekolah di tingkat playgroup , TK, atau SD. Penyebabnya apa saja?
“Penyebab anak mogok sekolah ada dua hal, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal itu biasanya ada di dalam diri Si Anak (berhubungan dengan karakteristik anak), situasi rumah, dan merasa cemas karena harus berpisah dengan salah satu orang terdekatnya (separation anxiety ), seperti ibu atau pengasuhnya,” papar Pricyla.
Separation anxiety ini biasanya terjadi pada anak preschool (TK). Ini terjadi karena anak terlalu dekat (attached ) dengan ibu atau pengasuhnya. Ketika ia harus masuk ke dalam kelas, di mana hampir semua orang yang ada di dalam kelas itu tak dikenalnya, ia akan merasa tidak nyaman. Ia takut karena sosok atau figur separation anxiety -nya (significant other ) tidak ada. Itulah yang membuat Si Anak memilih tidak mau jauh dari rumah dan menolak sekolah lagi.
Sedang faktor penyebab eksternal, lebih ke masalah lingkungan sekolah yang membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya, ternyata mainan di rumahnya lebih banyak dan menarik dibanding di sekolah, teman-teman di sekolah suka mengisenginya (bully ), anak susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, atau gurunya galak.
Kalau sudah begini, orang tua harus berlaku cermat dalam menyikapinya. Dan, jangan pernah menganggap alasan anak mogok sekolah sebagai sesuatu yang remeh.
Jangan Omeli Anak
Meskipun Anda kesal ketika anak mogok sekolah, jangan pernah memaksa dan mengomeli anak ketika mereka memilik mogok sekolah.
Pernyataan semacam, “Kok, kamu begitu sih, Nak?” “Anak-anak yang lain saja sekolah, kok kamu enggak mau?” hanya akan membuat anak semakin drop , takut, dan merasa dirinya tidak mampu sebagai seorang anak.
Orang tua harus ingat, cara berpikir anak, kan, belum sedewasa orang tua, karenanya ketika ia diperlakukan seperti itu ia akan berpikir, “Aku ini bagaimana, sih, kok enggak bisa melaksanakan keinginan Papa-Mama?”
Teknik Mundur Perlahan
Jika memang masalah ini terjadi pada buah hati, tentunya orang tua harus bisa melihat dan memahami penyebabnya.
Jika memang masalahnya karena separation anxiety , coba selesaikan dengan teknik ‘mundur berkala’ atau Systematic Desensitization .
Dengan teknik ini, ibu atau significant other -nya harus mulai mengurangi kehadirannya saat anak berada di sekolah. Jika biasanya Si Ibu mengantar anak sekolah hingga ke dalam kelas, esok cukup sampai di depan kelas. Beberapa hari kemudian kurangi lagi hingga ke parkiran sekolah dan mundur sampai anak turun dari mobil saja.
Biasanya, anak-anak yang terkena mogok sekolah ini adalah anak yang memiliki karakteristik cenderung pendiam. Di mana mereka butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Anak-anak seperti ini biasa juga diasosiasikan sebagai anak pemalu.
Diskusi Dua Arah
Jika memang masalahnya bukan karena separation anxiety , ajaklah ia berkomunikasi agar bisa mengindentifikasi perasaan anak. Usahakan diskusi dilakukan dari hati ke hati, dua arah, dan dengan menekankan mengapa anak mogok sekolah.
Dengan mengetahui masalahnya, Si Anak merasa orang tua mau mengerti dan orang tua juga tahu seperti apa sudut pandang anak.
Menyiapkan mental anak adalah yang terpenting. Orang tua jangan pernah lelah menyemangati anak berulang-ulang. Semangat itu bisa mengubah rasa takut anak menjadi motivasi positif baginya.
Beri Semangat
Ketika anak bisa menguasai rasa takutnya dan mau sekolah lagi, usahakan selalu memberikan mereka pujian kasih sayang, bukan hadiah barang karena yang dibutuhkan adalah dukungan mental.
Hadiah “verbal” ini misalnya seperti, “Mama bangga hari ini kamu enggak nangis.” Setiap kemajuan, sekalipun kecil, harus tetap dihargai. Meskipun esoknya Si Anak menangis lagi, ya tidak apa-apa, orang tua tetap harus sabar. Orangtua tetap harus membesarkan hatinya secara verbal, “Ayo, kamu pasti bisa!” Ingat, semangat itu mampu menumbuhkan motivasi anak.
Menggali Rasa Ingin Tahu Anak
Jangan bingung apalagi merasa terganggu menghadapi si kecil yang ceriwis dan banyak tanya. Kita harus optimal menggali rasa ingin tahunya agar ia tak jadi pribadi “kerdil”.
Kalau kita cuek atau malah merasa terganggu, bisa merugikan perkembangan wawasan dan kepribadian anak. Begitu pun kalau kita selalu melarang atau sebaliknya, kelewat melindungi. Nanti ia jadi enggak PD, lo, alias tak percaya diri, enggak punya inisiatif, selalu ragu-ragu, dan cenderung menarik diri dalam pergaulan. Kasihan, kan?
Itulah mengapa, tegas Evi Sukmaningrum, SPsi , orang tua harus bekerja keras menggali rasa ingin tahu anak sedini mungkin. Soalnya, di usia 2-3 tahun biasanya anak mulai pintar ngoceh banyak tanya mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya. “Rasa ingin tahunya begitu besar karena ia tengah memasuki masa bermain. Anak mulai nenangga dan berinteraksi dengan orang lain. Ia bertemu dengan hal-hal baru di luar rumah dan tak lagi terbatas pada lingkungan di rumahnya saja,” papar pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, ini. Meskipun sebetulnya rasa ingin tahu anak sudah muncul sejak usia 1 tahun. Hanya saja di usia itu anak masih sebatas observer . Gerakannya masih terbatas pada sekadar mengamati dan memegang, belum bisa mengekspresikan rasa ingin tahunya secara verbal. Itulah mengapa, komunikasi verbal yang intens antara orang tua dan anak sangat diperlukan karena akan melatih keterampilannya bicara, disamping dapat membantu mengembangkan kemampuan otaknya.
SERTAI ALAT PERAGA
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil usianya sudah 2-3 tahun namun cenderung pasif dan enggak banyak tanya, saran Evi, cari tahu penyebabnya. Bila mengalami keterlambatan bicara seperti yang banyak terjadi, berarti hambatan untuk berbicara dan bertanya itulah yang harus ditangani lebih dulu. Lewat pemeriksaan yang lebih seksama di bagian saraf, misalnya, karena tak tertutup kemungkinan saraf-saraf yang berkaitan dengan perangkat wicaranyalah yang mengalami gangguan. Atau, bisa jadi otot-otot alat bicaranya, terutama lidah, belum matang atau berkembang sempurna.
Tapi kalau perkembangannya berjalan wajar, ketika ia mulai menunjukkan rasa ingintahu, kita harus peka dan segera merespon dengan memberi keterangan sejelas-jelasnya namun singkat dan disesuaikan dengan bahasa anak seusianya. Kita harus bangga dan senang, lo, kalau si kecil rajin bertanya dan ingin tahu sesuatu karena hal ini sangat positif. “Itu tandanya anak punya minat untuk bereksplorasi terhadap lingkungan sosialnya,” jelas Evi. Jadi, kalau ia tanya soal binatang tertentu yang dilihatnya di TV, misalnya, ya, jelaskan. Sebaiknya, penjelasan verbal disertai alat peraga atau contoh konkret agar bisa dimengerti anak.
Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang, sehingga ia bisa melihat secara konkret seperti apa binatang yang pernah ditanyakannya itu. Terlebih lagi bila pertanyaannya membutuhkan penjelasan yang tak mudah. Misalnya, anak menonton adegan mesra di TV lalu tanya, “Kok, orang itu ciuman?” Jawablah, “Itu berarti sayang,” dan berikan contoh, “Nih, seperti Mama sekarang cium Ade, berarti Mama sayang Ade.” Bagi anak, jawaban dengan contoh tersebut sudah cukup. Ia belum bisa, kok, membedakan antara ciuman bermakna sayang dan yang penuh nafsu.
HARUS KONSISTEN
Kalau kita memang benar-benar sibuk dan tak bisa sejenak pun meninggalkan kesibukan tersebut untuk menjawab pertanyaan si kecil, saran Evi, cobalah beri pengertian lebih dulu kepadanya. Misalnya, “Sayang, sekarang Mama harus menyelesaikan dulu pekerjaan Mama. Nanti kalau sudah selesai, Mama akan jawab pertanyaan Ade, ya.” Dengan cara ini, jelas Evi, “anak sebetulnya juga terbantu untuk belajar memahami orang tuanya yang sibuk tanpa ia sendiri merasa di-reject atau ditolak.” Tapi tentu kita harus konsisten. Setelah selesai dengan pekerjaan tersebut, kita temui si kecil dan katakan, “Nah, sekarang Mama sudah selesai dengan pekerjaan Mama. Tadi Ade mau tanya apa?”
Hasilnya akan sangat berbeda, lo, bila kita bersikap enggak konsisten. “Selain rasa ingin tahu anak terpenuhi, respon orang tua juga akan semakin mendekatkan hubungan dengan anak,” lanjut Evi. Tapi kalau kita enggak konsisten, hanya sekadar berjanji, maka yang ditangkap oleh anak adalah, “Ah, percuma. Mama bohong, kok.” Secara tak langsung, kita pun telah menanamkan nilai buruk tentang kejujuran. Iya, kan? Selain itu, tambah Evi, “anak akan mencari dari sumber lain bila pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahunya tak didapat dari orang tua, sementara sumber yang ia tanya belum tentu tepat.”
Jikapun sumbernya tepat, tapi kalau tanpa penjelasan yang memadai, bukan tak mungkin pemahaman si anak jadi meleset. Celaka, kan? Belum lagi kalau anak tahu-tahu “pandai” omong kotor atau terbiasa menggunakan umpatan kasar. Bukankah jadi makin gawat? Memang sudah selayaknyalah bila kita mau sedikit “berkorban” untuk menjawab rasa ingin tahu si kecil. Begitu, kan, Bu-Pak?
DORONG BERPIKIR KRITIS
Penting diketahui, pemenuhan rasa ingin tahu anak menjadi salah satu modal bagi perkembangan kecerdasannya. Itulah mengapa, anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Artinya, anak yang cerdas menunjukkan rasa ingin tahu dan kemampuannya untuk berpikir kritis. “Bukan berarti anak yang enggak berpikir kritis itu enggak cerdas, lo. Kalau orang tua memberi stimulasi pada anak yang kelihatannya pasif, tentu akan sangat membantu,” tutur Evi.
Misalnya, “Ini apa, Nak?” sambil menunjukkan aneka benda berlainan bentuk dan warna. Atau, “ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kemampuan berpikir anak.” Misalnya, “Kenapa binatang marah kalau diganggu?” Jadi, si kecil yang pendiam belum tentu enggak cerdas, ya, Bu-Pak. Bisa jadi ia pendiam lantaran Bapak-Ibu tak pernah meresponnya untuk banyak bicara ataupun mendorong berpikir kritis. “Yang juga kerap terjadi, orang tua cuma ‘menyuapi’,” tambah Evi.
Ada, lo, anak yang pintar dan tinggi daya tangkap serta daya ingatnya, namun enggak kritis. Lantaran, ibu-bapaknya cenderung cuma memberi tahu dan kerap memberi respon negatif bila anak banyak bertanya ataupun memarahi kala si anak protes. Bagaimana jika orang tua tak memberi respon positif karena tak tahu? Tak usah cemas. Menurut Evi, kita bisa, kok, mengejar ketertinggalan si anak.
Namun tentu dengan “bayaran” yang lebih mahal. Artinya, terang Evi, “proses pemahaman pengetahuan si anak akan lebih lambat dibanding teman-temannya, karena pemahaman yang sama seharusnya sudah diberikan saat anak berada dalam masa golden age di usia 2-3 tahun.” Bukankah saat itu ia tengah pintar-pintarnya? Jadi, kalau stimulasinya bagus di usia itu, anak akan tumbuh optimal menjadi cerdas. Jangan lupa, lo, meski kecerdasan bersifat herediter atau bawaan, namun tak akan menjadi optimal bila tak dibarengi dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.
BOLEH, KOK, MELARANG ANAK
Yang penting, dalam melarang harus disertai alasan jelas, sehingga ia tahu, ia bukan sekadar dilarang tapi ada hal-hal tertentu yang bisa mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Misal, larangan main pisau, bisa dibarengi dengan memberi contoh memotong buah. Jelaskan, “Ade tak boleh main pisau karena pisau ini tajam dan bisa melukai tanganmu. Lihat, nih, Mama potong jeruk. Nah, terbelah, kan?” Anak pun jadi mengerti kenapa dirinya dilarang main pisau. “Dengan selalu mengemukakan reasoning , anak akan terlatih mengenali apa kesalahannya atau mengapa ia harus dimarahi orang tua,” terang Evi . Cara ini juga membiasakan anak belajar konsekuensi, “Saya nggak boleh melakukan ini karena berbahaya buat saya.”
Tapi kalau ia selalu dilarang, justru akan membuatnya jadi pembangkang. Coba, deh, perhatikan; semakin dilarang, anak seusia ini, kan, semakin nekat. Apalagi di usia 3 tahun, anak tengah mengembangkan negativismenya. Kalau dibilang “Kamu jangan main hujan ya,” ia malah akan main hujan-hujanan. Jadi, semakin kita melarang, ia justru akan melakukan hal-hal yang kita larang. Alangkah baiknya dalam melarang kita juga mengajaknya berpikir. Misal, “Kalau Ade main hujan, nanti gimana?”
Ia mungkin akan menjawab, “Sakit.” Nah, teruskan dengan pertanyaan, “Kalau sakit, nanti Ade bisa ikut jalan-jalan nggak sama Papa-Mama?” Pancing terus si anak hingga akhirnya ia sendirilah yang mengambil keputusan untuk tak main hujan. Dengan cara ini, bukan cuma larangan kita dipatuhi, anak pun jadi belajar berpikir kritis. Nah, mengembangkan kecerdasannya, kan?
SEDIAKAN MAINAN BERVARIASI
Salah satu bentuk stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kecerdasan adalah permainan edukatif. Lewat beragam permainan sederhana, anak terlatih perkembangan kognitifnya, kemampuan motorik kasar dan halus, maupun perkembangan intelegensinya. “Sebaiknya sediakan mainan bervariasi,” anjur Evi .
Selain agar anak tak cepat bosan, pilihlah yang memungkinkan anak dapat menemukan semua kebutuhannya akan fungsi tiap-tiap mainan tersebut. Soalnya, ada permainan yang melatih daya ingat melalui gambar-gambar, ada yang mengasah kreativitas, dan ada pula yang bisa mempertajam daya imajinasinya. Sega atau play station , menurut Evi, boleh-boleh saja. Asalkan dibatasi agar tak merusak mata dan menjadikan ketagihan. Selain bentuk permainannya juga harus disesuaikan usia anak. Kalau tidak, apa jadinya bila anak usia 2-3 tahun asyik menikmati kekerasan lewat permainan contra dan sejenisnya.
Melakukan berbagai permainan atau aktivitas bersama anak, juga penting untuk mengembangkan kecerdasannya. Misalnya, main kuda-kudaan, pasar-pasaran, atau loncat-loncat, dan sebagainya. Jadi, tak usah malu, ya, Bu-Pak, bila harus terlibat dalam permainan si kecil. Selain itu, beri kebebasan pada anak untuk memanjat atau melompat di tempat yang ia sukai. Bila Ibu-Bapak keberatan si kecil melompat-lompat di tempat tidur, ya, sediakan fasilitas yang memungkinkan ia tetap melakukan aktivitas tersebut.
Begitu pun bila keberatan si kecil corat-coret tembok, ya, beri fasilitas untuk kebutuhannya itu. Ulurkan kertas kecil atau besar seperti yang diinginkannya. Jika ia lebih suka corat-coret di tembok, sediakan tembok khusus untuk dicoreti atau tempelkan sejumlah kertas berukuran besar di salah satu bagian tembok. Jelaskan padanya, “Ade boleh corat-coret di sini tapi di tembok lain jangan, ya.” Pendeknya, kita tak boleh menghambat keinginan anak namun kita juga harus melatihnya bertanggung jawab untuk merapikan kembali mainannya atau benda-benda lain setelah ia usia melakukan sesuatu aktivitas.
ADE MAU LES MENYANYI
Banyak, lo, orang tua yang kelewat getol mengarahkan anak. Menurut Evi , tak ada salahnya bila si anak memang suka. “Yang harus diingat, orang tua hanya sekadar mengarahkan, bukan menyalurkan ambisi pribadinya. Mungkin malah positif bisa mengarahkan anak sedini mungkin. Misal, anak berbakat menyanyi, tentu akan lebih baik bila diikutkan dalam kursus olah vokal. Ini kalau anaknya suka, lo. Kalau tidak, ya, jangan dipaksa.” Jikapun si anak mau, kita juga perlu lihat-lihat lagi.
Soalnya, terang Evi, anak seusia ini cenderung akan bilang “mau” kalau ditawari les apa saja. “Dia hanya sekadar ingin tahu, ada apa, sih, di situ atau apa, sih, yang akan dia dapatkan.” Bukankah anak usia ini memang sedang ingin tahu apa saja? “Tapi dia belum ada pengertian jelas kalau ‘mau’ berarti harus ada tindak lanjut apa. Konsekuensi logis untuk setiap tindakan jelas-jelas belum dia pahami sama sekali.” Jadi, jangan salahkan si kecil, lo, Bu-Pak, kalau ia bilang mau tapi setelah beberapa kali ikut les lantas mogok.
Galau dari Sisi Psikologi
Galau, sudah tidak asing lagi didengar oleh kalangan remaja hingga dewasa awal. Bila diperhatikan, tidak jarang kita menemui status facebook atau twitter yang berisi kegalauan dari pemilik akun. Biasanya mereka menunjukkan kegalauan dengan status mengeluh, menunjukkan diri sedang resah, bingung, dan pikiran kacau. Bagaimana sebenarnya galau dilihat dari sisi psikologi? Apakah ini termasuk gangguan atau tidak?
Galau dalam KBBI memiliki persamaan kata dengan kacau pikiran, bimbang, bingung, cemas dan gelisah. Kata galau akan lebih tepat bila disebut bimbang, namun pengertiannya lebih pada arah bentuk kecemasan seseorang.
Kecemasan adalah perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologis dan fisiologis. Kecemasan dalam kadar normal merupakan reaksi atas stress yang muncul guna membantu seseorang dalam merespon situasi yang sulit.
Kecemasan dapat dimasukkan dalam teori psikoanalisis. Freud mengatakan kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada.
- Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada besarnya ancaman.
- Kecemasan neurotik adalah rasa takut bila instink atau keinginan pribadi akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.
- Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.
Galau adalah bentuk kecemasan, sedangkan status FB dan Tweet yang mereka ketik adalah bentuk perilakunya. Cara mengatasi kegalauan bukan hanya terkait dengan usaha menstabilkan diri, namun juga mengatasi masalah yang ada. Problem solving bisa dilakukan dengan cara:
- Mengubah dorongan kecemasan pada bentuk perilaku lain yang lebih positif.
- Carilah sesuatu bidang yang dapat membuat kamu bisa lebih berprestasi, diperhatikan, dan disukai.
- Tekanlah perasaan itu dengan alasan yang rasional dan utarakan di waktu yang tepat.
- Carilah sebab yang “masuk akal” untuk menjelaskan kenapa hal ini terjadi pada kamu, ini untuk menghindari kecemasan yang tanpa alasan realistis.
- Cobalah untuk menceritakan pada orang lain perasaan dan masalah kamu agar lebih jelas sebab yang menimbulkan kecemasan itu.
Menggalau tidak masalah bila dilakukan dalam jumlah yang minim, namun tidak dapat ditoleransi bila dilakukan berkali-kali dan sangat sering dilakukan. Sisi positif dari perilaku galau adalah belajar mengakui kelemahan kita dan berpasrah diri atas apa yang sudah kita usahakan. Masih ada tuhan yang memiliki rencana dan kuasa atas segalanya.
10 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anda
Semua orang selalu berbicara tentang Emotional Intelligence (EI), dalam bahasa Indonesia biasa disebut intelegensi emosional atau kecerdasan emosional, tapi apa sebenarnya itu? Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan dan mengevaluasi emosi – dalam diri sendiri dan orang lain – dan menggunakannya sebagai informasi yang tepat.
Sebagai contoh, kecerdasan emosional dalam diri sendiri dapat membantu Anda mengatur dan mengelola emosi Anda, sementara mengakui emosi orang lain dapat menciptakan empati dan keberhasilan dalam hubungan Anda, baik hubungan pribadi maupun hubungan profesional.
Pada tahun 1990, psikolog Yale John D. Mayer dan Peter Salovey memunculkan istilah kecerdasan emosional, yang beberapa peneliti mengklaim bahwa ini adalah karakteristik bawaan, sementara yang lain menunjukkan bahwa Anda dapat mengembangkan dan meningkatkannya.
Mungkin tidak semua dari anda memiliki psikoterapis untuk meningkatkan kecerdasan emosional anda, namun kini Anda bisa menjadi terapis sendiri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Freud, seorang tokoh psikoanalisis. Semua itu dimulai dengan belajar bagaimana untuk mendengarkan perasaan-perasaan Anda. Meskipun tidak mudah, mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi Anda sendiri, namun ini adalah langkah pertama dan paling penting.
Norman Rosenthal, MD, seorang psychiatrist dan peneliti seasonal affective disorder menjelaskan dalam sebuah bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”, dikutip dari psychology today (5/1/12), berikut adalah 10 cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional Anda:
- Coba rasakan dan pahami perasaan anda. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin ingin menghindari karena mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan bertanya, “Bagaimana perasaan saya?” mungkin memerlukan waktu sedikit untuk merasakannya. Tempatkan diri Anda di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan luar.
- Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat. Cobalah untuk tidak mengabaikan perasaan Anda sebelum Anda memiliki kesempatan untuk memikirkannya. Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat hingga memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya adalah jangan memotong gelombang perasaan Anda sebelum sampai puncak.
- Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang sama di masa lalu. Ketika perasaan yang sulit muncul, tanyakan pada diri sendiri, “Kapan aku merasakan perasaan ini sebelumnya?” Melakukan cari ini dapat membantu Anda untuk menyadari bila emosi saat ini adalah cerminan dari situasi saat ini, atau kejadian di masa lalu Anda.
- Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda. Ketika Anda merasa ada sesuatu yang menyerang dengan luar biasa, coba untuk selalu bertanya, “Apa yang saya pikirkan tentang itu?” Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan bertentangan dengan pikiran. Itu normal. Mendengarkan perasaan Anda adalah seperti mendengarkan semua saksi dalam kasus persidangan. Hanya dengan mengakui semua bukti, Anda akan dapat mencapai keputusan terbaik.
- Dengarkan tubuh Anda. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan petunjuk bahwa pekerjaan Anda adalah sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat ketika Anda akan menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin merupakan petunjuk bahwa ini akan menjadi “sebuah hal yang nyata.” Dengarkan tubuh Anda dengan sensasi dan perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Anda untuk mendapatkan kekuatan nalar.
- Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain. Banyak orang jarang menyadari bahwa orang lain dapat menilai bagaimana perasaan kita. Mintalah seseorang yang kenal dengan Anda (dan yang Anda percaya) bagaimana mereka melihat perasaan Anda. Anda akan menemukan jawaban yang mengejutkan, baik dan mencerahkan.
- Masuk ke alam bawah sadar Anda. Bagaimana Anda lebih menyadari perasaan bawah sadar Anda? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan pikiran Anda berkeliaran dengan bebas. Anda juga bisa melakukan analisis mimpi. Jauhkan notebook dan pena di sisi tempat tidur Anda dan mulai menuliskan impian Anda segera setelah Anda bangun. Berikan perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang atau mimpi yang melibatkan kuatnya beban emosi.
- Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini. Mulailah dengan menilai besarnya kesejahteraan yang anda rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya dalam buku harian. Jika perasaan Anda terlihat ekstrim pada suatu hari, luangkan waktu satu atau dua menit untuk memikirkan hubungan antara pikiran dengan perasaan Anda.
- Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan menuliskan pikiran dan perasaan dapat sangat membantu mengenal emosi Anda. Sebuah latihan sederhana seperti ini dapat dilakukan beberapa jam per minggu.
- Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti melihat ke dalam diri Anda dan mengalihkan fokus Anda ke luar. Kecerdasan emosional tidak hanya melibatkan kemampuan untuk melihat ke dalam, tetapi juga untuk hadir di dunia sekitar Anda.
Kamis, 12 Januari 2012
Tak Selamanya Sabar Itu Baik
Dalam prakteknya, kita memang tidak bisa memperdebatkan apakah kesabaran itu penting atau tidak. Tidak bisa juga kita memilih untuk menjadi orang yang sabar atau tidak. Sejauh kita ingin memanifestasikan apa yang belum nyata di pikiran, kesabaran itu mutlak dibutuhkan. Pasalnya, semua manifestasi itu butuh proses dan perjuangan. Maksud perjuangan di sini adalah the activity that not only doing, aktivitas yang tidak semata melakukan sesuatu, melainkan usaha yang menuntut pengerahan daya upaya, yang di dalamnya pasti mencakup kesabaran. Kalau kita ingin membangun usaha, dalam skala apapun, pasti modal kita tidak cukup hanya beraktivitas yang biasa-biasa sekalipun kita sudah memiliki modal material dan finansial yang cukup. Membangun usaha butuh pengerahan daya upaya atau biasa kita sebut perjuangan.
Selain sebagai syarat mutlak perjuangan, kesabaran juga memberikan efek mental yang disebut kekuatan batin. Orang menjadi kuat bukan karena kesuksesan. Kalau Anda tiba-tiba langsung sukses di bisnis, misalnya, belum tentu kesuksesan itu membuat Anda kuat mengelolanya. Kekuatan batin itu dibentuk dari kesabaran kita dalam menghadapi kenyataan pada saat kita memperjuangkan sesuatu. Ini yang membuat para pengusaha senior tidak begitu reaktif terhadap kegagalan atau kerugian. Jiwanya sudah terlatih untuk menjadi kuat. Struktur batin manusia itu sering digambarkan seperti batang pohon. Ia menjadi kuat bukan karena dijauhkan dari terpaan angin atau dari sinar matahari. Ia menjadi kuat karena dilatih oleh terpaan dan sinar.
Prioritas Kesabaran
Meski kesabaran itu dibutuhkan di semua aktivitas yang kita sebut perjuangan itu, tetapi kalau melihat prioritasnya, ada situasi dan kondisi tertentu yang menuntut kita untuk harus lebih bersabar. Bila melihat poin-poin penting dari catatan Pak Quraish Shihab, yang bisa kita baca dari buku-buku beliau, beberapa situasi dan kondisi itu antara lain:
1. Pada saat kita menanti ketetapan Tuhan
Menurut ketetapan Tuhan, apapun yang kita usahakan itu PASTI akan ada balasannya. Cuma, balasan itu seringkali diakhirkan, di tanggal yang kita tidak ketahui seluruhnya, meski ada sebagian yang bisa diketahui. Menanti ketetapan yang belum diketahui ini butuh kesabaran.
2. Pada saat kita menanti bukti yang diragukan orang-orang sekitar
Terkadang kita perlu terobosan yang kreatif dan umumnya terobosan itu menghadapi opini pihak lain yang kurang mendukung. Seperti diungkapkan Einstein, setiap ide yang hebat itu selalu mendapatkan sikap yang kurang mendukung dari orang yang biasa-biasa. Untuk membuktikan bahwa terobosan yang kita ambil itu kreatif (menghasilkan sesuatu yang lebih unggul), dibutuhkan kesabaran.
3. Pada saat menghadapi ejekan / gangguan orang-orang yang menentang.
Tidak berarti kalau kita punya ide / rencana yang bagus, benar, dan bermanfaat itu lantas langsung mendapatkan dukungan dari manusia, seperti misalnya di kita harus ada berbagai komisi tentang hal-hal positif. Umumnya malah ditentang atau dikebiri dulu atau mendapatkan ujian. Rencana itu hanya akan bisa jalan apabila kesabarannya kuat.
4. Saat menghadapi dorongan nafsu untuk membalas dendam
Upaya untuk memukul balik atas apa yang dilakukan orang terhadap kita, memang bisa saja muncul saat kita misalnya diperlakukan kurang baik oleh orang-orang tertentu. Namanya juga manusia. Kita sulit menjadi pemaaf atau orang yang berjiwa besar. Agar ini tidak terjadi, dibutuhkan kesabaran, alias menahan diri.
5. Saat menghadapi keadaan buruk yang di luar rencana
Malapetaka, musibah, bencana, penyakit, atau hal-hal buruk lain yang tidak kita inginkan, memang bisa terjadi kapan saja, entah dari sebab yang logis atau yang beyond logis. Untuk menghadapinya, dibutuhkan kesabaran.
6. Saat memperjuangkan hasil yang sesuai kebutuhan atau keinginan
Hasil yang sempurna itu terjadi karena dua hal, yaitu good management dan good luck (tangan Tuhan). Terkadang kita mendapatkan yang lebih baik dari rencana tetapi terkadang tidak. Untuk menghadapi seni keadaan yang seperti ini tentu dibutuhkan kesabaran.
7. Pada saat menjalankan pengabdian kepada Tuhan
Semua bentuk pengabdian kepada Tuhan, dari mulai yang kecil sampai ke yang besar, membutuhkan kesabaran. Sebab, di samping ada godaan, terkadang juga situasinya kurang mendukung. Sudah begitu, hasilnya tidak nyata, seperti makan cabe. Karenanya butuh kesabaran.
Tak Selamanya Kesabaran itu Baik
Meski sedemikian prinsipnya kesabaran itu bisa dijelaskan di sini, tapi dalam prakteknya tidak semua yang kita sebut sebagai kesabaran itu membuahkan kekuatan, keberhasilan, atau kemajuan. Atau dengan kata lain, tidak semua kesabaran itu baik. Seperti apa kesabaran yang berpotensi tidak baik itu? Sebelumnya harus kita sepakati dulu bahwa yang kurang baik di sini tentu bukan konsep dari ajaran sabarnya, tetapi apa yang kita duga sebagai kesabaran itulah yang seringkali berproblem. Misalnya kita bertahan pada keadaan buruk, tanpa ada dorongan untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik dengan memperjuangkan sesuatu. Kita bisa saja menduga bertahan di sini sebagai wujud kesabaran. Padahal, lemahnya dorongan di situ dapat membuahkan keburukan dan ada banyak alasan untuk mengatakannya bukan sebagai kesabaran yang diajarkan.
Kenapa? Kalau melihat kesabaran yang diajarkan, kesabaran itu konteksnya pada berjuang atau pada saat memperjuangkan sesuatu. Sabar itu menunggu, bertahan, atau menghindari, tetapi semua itu kita lakukan pada saat melakukan effort that not only doing itu. Begitu konteks-nya kita hilangkan, kesabaran kita berubah menjadi kepasrahan terhadap kenyataan buruk. Kepasrahan demikian disebutnya fatalisme yang ditolak oleh semua ajaran dan akal sehat karena keburukan yang akan ditimbulkan.Termasuk dalam pengertian sabar yang kurang baik adalah terlalu tahan terhadap derita; atau yang dalam kajian sains-nya biasa disebut stoisme, bekunya jiwa terhadap rasa derita atau bahagia. Ini membahayakan apabila sudah menumpulkan kreativitas dan daya juang. Kita sudah terlalu tahan terhadap derita sehingga kurang tergerak untuk mencari solusinya.
Kesabaran juga akan berpotensi buruk apabila telah mengurangi kewajiban kita untuk bertanggung jawab, baik personal atau sosial. Seorang suami kurang bisa dibenarkan menyuruh istrinya bersabar pada saat dirinya malas-malasan; atau misalnya lagi kita memilih untuk membiarkan ada anggota keluarga yang perilakunya berpotensi membahayakan dirinya dan orang banyak dengan menggunakan alasan kesabaran. Kesabaran demikian sangat berpotensi mendatangkan keburukan.
Kesabaran juga akan sangat berpotensi mendatangkan keburukan apabila dalam operasinya telah mengabaikan kewajiban kita untuk ber-empati pada orang lain. Kita menasehati orang lain supaya bersabar, dalam arti tidak melakukan apa-apa, sehingga mendatangkan keburukan.
Siklus Aktif Kesabaran
Agar kita terhindar dari praktek kesabaran yang berpotensi membuahkan keburukan, memang perlu ada antisipasi atau koreksi. Antisipasinya bisa kita buat berdasarkan penjelasan banyak ahli di bidang keimanan. Kalau melihat kajian di bidang keimanan, kesabaran itu ternyata bukan ajaran hidup yang berdiri sendiri dan untuk tujuan kesabaran. Kita tidak boleh bersabar hanya untuk bersabar, sebab akan rentan jatuh pada kepasrahan yang kalah, seperti yang sudah kita singgung di atas.
Jadi bagaimana? Kesabaran itu perlu digandengkan dengan keimanan dan kesyukuran dalam bentuk hubungan yang bersiklus dan bekerja secara aktif sesuai dengan kenyataan yang kita hadapi. Sederhananya bisa kita pahami seperti pada ilustrasi di bawah ini.
Jika dikontekskan dengan kehidupan sehari-hari, pemahaman yang bisa kita bangun itu adalah bahwa kita itu perlu memperjuangkan apa yang kita imani sebagai kebenaran atau kebaikan. Misalnya kita mengimani adanya solusi (pertolongan Tuhan) dari persoalan yang tengah kita hadapi. Tentu, namanya iman itu bukan sebatas mempercayai, melainkan membuktikan kebenaran dari apa yang kita percayai melalui serangkaian tindakan. Untuk membuktikan itu, pastinya butuh kesabaran, dalam arti menunggu, bertahan, atau melewati proses, sampai berhasil. Setelah solusi itu terwujud, sikap yang secepatnya perlu dimunculkan adalah bersyukur. Syukur dalam arti menggunakan apa yang sudah ada untuk perbaikan, peningkatan, atau hal-hal lain yang membuat hidup kita makin baik, dengan cara-cara yang positif.
Mengabaikan kesyukuran saat hidup sedang OK, dapat membuahkan keburukan. Banyak orang yang justru mendapatkan kesengsaraan dari keberhasilannya, misalnya menyalahkan-gunakan kekuasaan, jabatan, atau melampaui batas, karena kurang bersyukur. Termasuk juga bila kita terlalu lama menikmati keberhasilan. Ditempatkan menjadi manajer HRD, misalnya begitu, yang semula kita pahami sebagai nikmat, akan berubah menjadi sesuatu yang biasa-biasa atau mungkin menjadi beban, jika kita gagal mengembangkan diri sebagai wujud kesyukuran. "Walaupun Anda sudah berada di track yang benar, tetapi akan salah bila Anda di situ terlalu lama", pesan Jhon C. Maxwell.
Bisa juga kita menggunakannya untuk konteks yang agak berbeda. Ketika sedang terkena problem, kita menggunakan keimanan dan kesabaran. Tapi begitu hidup kita lagi OK, bergelimpangan resource, kita menggunakan keimanan dan kesyukuran. Memainkan otak untuk mengetahui kapan menggunakan kesabaran dan kesyukuran yang berakar pada realisasi keimanan inilah yang bisa kita pahami sebagai siklus aktif kesabaran. Kesabaran dengan begitu bukan tujuan, tetapi kendaraan jiwa untuk mencapai tujuan.
Menjaga Jarak Yang Sehat
Kunci lain lagi agar kita tidak terjebak mempraktekkan ajaran yang benar, namun dengan cara yang salah atau mengakibatkan kesalahan adalah dengan menjaga jarak yang sehat. Saya kira ini tidak saja berlaku untuk kesabaran, tetapi juga untuk yang lain-lain, seperti ketekunan, kebaikan, ketakwaan, dan seterusnya. Menjaga jarak yang sehat di sini maksudnya jangan sampai kita kebablasan (over) sehingga kurang seimbang antara kewajiban untuk menerima kenyataan dan kewajiban untuk memperbaikinya. Misalnya kita tiba-tiba harus menghadapi kenyataan buruk. Saat itu, kewajiban kita adalah menerima kenyataan. Protes atau men-denial-nya malah dapat memperburuk jiwa. Tapi, ketika sikap demikian itu mulai memunculkan tanda-tanda yang kurang baik, maka kita perlu menggantinya dengan kewajiban memperbaiki kenyataan dengan memunculkan inisiatif dan aksi.
Menjaga jarak juga saat diperlukan antara kapan kita menggunakan kecerdasan dan kapan kita menggunakan keimanan agar terjadi keseimbangan. Keduanya sangat penting sehingga mengabaikan salah satunya secara berlebihan dapat memunculkan masalah. Kalau kita terlalu mengabaikan iman dengan bersandar pada kecerdasan akal, lama-lama akan hampa karena kekeringan nilai-nilai abstrak. Padahal, di bagian tertentu dari kenyataan yang kita hadapai, nilai-nilai abstrak itu penting. Tapi, kalau sedikit-sedikit lari pada keimanan, dengan mengesampingkan akal, bisa fatal juga akibatnya.
Jumat, 06 Januari 2012
Ruang Kalbu
Mendekap rindu diruang kalbu,
menggenggam asa dalam pelukan cinta,
larut aku dalam buaian kasihmu,
memecah segala ragu tepiskan lara,
... Telah banyak ku paparkan segala kisah,
diantara pucuk-pucuk yg tumbuh subur,
diantara pohon-pohon yg akarnya semakin kuat,
kusiram dengan cinta kasih yg teramat dalam,
Jari jemariku pun turut berbicara,
tentang rasa yg telah terpatri direlungku,
tentang jiwa dalam penggembaraannya
diantara dentuman yg kadang membuatku kalut,
Tak jarang emosi turut bertaut,
namun cinta laksana kesabaran yg tiada batas,
memberiku kesejukan dikala panas mnyentuh jiwa,
aku terpesona,,,berharap tiada kan terlena,,,
melihat keindahan dalam dirimu yg luar biasa.
Kamis, 05 Januari 2012
Minggu, 01 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)